Wow, Cuan Sawit-Batubara Bisa Subsidi Pertalite-Minyak Goreng
Jakarta, CNBC Indonesia - Kelapa sawit dan batubara masih menjadi komoditas primadona bagi Indonesia. Bagaimana tidak, dari sawit saja, RI mendapat total devisa mencapai US$23.9 milyar pada 2019 dan meningkat menjadi US$41.2 milyar pada 2021.
Pengusaha TP Rachmat menilai komoditas-komoditas itu menjadi faktor penting pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tumbuh, bahkan pada kuartal pertama 2022 sudah 5%. Keuntungan dari komoditas itu juga bisa menutupi boncosnya keuangan negara akibat subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kebetulan Indonesia adalah banyak berkatnya karena ekspor komoditas yang begitu hebat di batu bara, kelapa sawit, mineral. Kita pertama kali dalam waktu yang panjang current account-nya surplus, defisitnya pun saya kira tahun depan bisa kita kembalikan lagi ke 3% dari GDP. Karena memang income kita sangat besar, maka kita juga bisa memberi subsidi yang besar ke Pertalite, minyak goreng," katanya, usai menerima penghargaan Paramadina Award, Sabtu (4/6/22).
Meski demikian, dia mengingatkan, dalam jangka waktu panjang, komoditi unggulan tersebut akan habis. Karenanya, TP Rachmat menyebut bahwa pengusaha dan pemerintah harus mulai menggantikan bisnis bisnis komoditi dengan bisnis industri yang lebih mapan.
"Orang bilang Kalimantan banyak kayunya, coba kalian sekarang terbang di atas Kalimantan itu hutan sudah di babat habis. Kita tidak bisa mengandalkan ke sumber daya alam, kita harus bisa pindah ke industri yang lebih canggih," sebutnya.
Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri manufaktur, kebutuhan domestik dan ekspor pun bisa terpenuhi oleh industri di dalam negeri. Tantangannya adalah bagaimana menarik pemodal asing supaya mau berinvestasi di Indonesia.
(hsy/hsy)