Arab Saudi Akhirnya Mau Genjot Produksi Minyak, Ini Syaratnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Arab Saudi siap meningkatkan produksi minyaknya jika produksi Rusia turun secara signifikan akibat serangkaian sanksi yang dikenakan terhadap negara tersebut.
Berdasarkan laporan Financial Times yang dikutip Reuters, Kamis (2/6/2022), diskusi telah diadakan terkait peningkatan langsung dalam produksi dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Menurut seorang sumber yang mengetahui proses tersebut, keputusan peningkatan produksi dapat diumumkan pada pertemuan OPEC+ hari Kamis (3/6/2022).
Sumber itu juga mengungkapkan bahwa peningkatan produksi yang dijadwalkan untuk September akan dimajukan ke Juli dan Agustus
Menurut laporan tersebut, Arab Saudi setuju untuk mengubah pendiriannya dan meningkatkan produksi guna mengendalikan harga minyak sebagai bagian dari pemulihan hubungan dengan pemerintah Amerika Serikat yang menginginkan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Negara itu juga telah meyakinkan untuk akhirnya merespons dengan meningkatkan produksi jika krisis pasokan menghantam pasar minyak.
Sebelumnya, OPEC+ memberi sinyal akan tetap berpegang pada kebijakan mereka untuk meningkatkan produksi secara moderat kendati embargo minyak Rusia yang dilakukan Uni Eropa telah menyebabkan gejolak harga di pasar global.
Akibat kebijakan Uni Eropa tersebut, harga minyak mentah yang telah mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini kembali melonjak. Minyak mentah Brent mencapai level tertinggi dalam dua bulan di atas $124 per barel, sementara harga minyak WTI telah mencapai $119 per barel.
"Dengan Rusia menjadi salah satu dari dua anggota aliansi yang paling penting (bersama Arab Saudi), setiap keputusan untuk meningkatkan produksi menjadi sangat politis," tutur Craig Erlam, analis di platform perdagangan OANDA, kepada AFP, Selasa (31/5/2022).
Adapun, 13 anggota OPEC yang diketuai oleh Arab Saudi dan 10 mitra mereka yang dipimpin oleh Rusia secara drastis memangkas produksi pada 2020 karena permintaan yang merosot akibat pandemi Covid-19.
Mereka telah meningkatkan produksi secara moderat hingga sekitar 400.000 barel per hari setiap bulan sejak tahun lalu dan telah menahan tekanan dari konsumen papan atas, termasuk AS, untuk membuka keran pasokan lebih luas.
(luc/luc)