Internasional

Embargo Minyak Rusia Bikin Harga Melonjak, OPEC+ 'Masa Bodoh'

luc, CNBC Indonesia
31 May 2022 20:17
The logo of the Organization of the Petroleoum Exporting Countries (OPEC) is seen at OPEC's headquarters in Vienna, Austria June 19, 2018.   REUTERS/Leonhard Foeger
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger

Jakarta, CNBC Indonesia - Aliansi negara pengekspor minyak (OPEC+) akan tetap berpegang pada kebijakan mereka untuk meningkatkan produksi secara moderat kendati embargo minyak Rusia yang dilakukan Uni Eropa telah menyebabkan gejolak harga di pasar global.

Akibat kebijakan Uni Eropa tersebut, harga minyak mentah yang telah mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini kembali melonjak. Minyak mentah Brent mencapai level tertinggi dalam dua bulan di atas $124 per barel, sementara harga minyak WTI telah mencapai $119 per barel.

Namun, para analis mengatakan OPEC+ akan tetap pada strateginya untuk hanya meningkatkan sedikit produksi ketika mengadakan konferensi video bulanan pada hari Kamis mendatang karena tetap bersatu dengan Moskow.

"Dengan Rusia menjadi salah satu dari dua anggota aliansi yang paling penting (bersama Arab Saudi), setiap keputusan untuk meningkatkan produksi menjadi sangat politis," tutur Craig Erlam, analis di platform perdagangan OANDA, kepada AFP, Selasa (31/5/2022).

"Rusia tidak dapat menjual apa yang sudah diproduksinya sebagai akibat sanksi dan bahkan mungkin ingin harga tetap tinggi dan mempertahankan tekanan pada negara-negara yang dianggap 'tidak bersahabat'," imbuhnya.

Adapun, 13 anggota OPEC yang diketuai oleh Arab Saudi dan 10 mitra mereka yang dipimpin oleh Rusia secara drastis memangkas produksi pada 2020 karena permintaan yang merosot akibat pandemi Covid-19.

Mereka telah meningkatkan produksi secara moderat hingga sekitar 400.000 barel per hari setiap bulan sejak tahun lalu dan telah menahan tekanan dari konsumen papan atas, termasuk AS, untuk membuka keran pasokan lebih luas.

Ipek Ozkardeskaya, seorang analis dari bank Swissquote, mengatakan pertemuan Kamis "tampak seperti formalitas".

"Ada sedikit harapan untuk melihat negara-negara OPEC mengumumkan apa pun yang akan memberikan kelegaan kepada pasar," katanya.

Analis juga telah mencatat bahkan jika kelompok itu bersedia untuk meningkatkan produksinya, beberapa anggotanya telah gagal memenuhi kuota, yang mengakibatkan pasokan yang lebih rendah ke pasar.

"Pada akhirnya, kelompok tersebut kehilangan targetnya yang sudah sederhana dengan margin yang makin besar setiap bulan sehingga Anda harus mempertanyakan seberapa besar dampak peningkatan jika negara-negara tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan lebih jauh," kata Erlam.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Bisa Meroket Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular