
Butuh Duit Rp435 T Demi Tuntaskan Hilirisasi Tambang di 2023

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut kebutuhan dana untuk pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia hingga 2023 mencapai US$ 30 miliar atau sekitar Rp 435 triliun (kurs Rp 14.500/US$).
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mencatat hingga 2021, smelter yang telah beroperasi di Indonesia mencapai 21 unit. Sedangkan pada tahun ini sendiri setidaknya akan ada tambahan 7 smelter lagi yang akan beroperasi.
Artinya, hingga akhir tahun secara total akan ada 28 unit smelter di Indonesia yang sudah mulai berproduksi. Oleh karena itu, ia berharap agar progres pembangunan proyek smelter RI dapat berjalan tanpa hambatan.
"Kalau kita lihat bagaimana merampungkan smelter ini sampai 2023 itu dibutuhkan biaya pada perhitungan tahun lalu sekitar US$ 22 miliar, katakanlah terjadi inflasi maksimum mungkin bisa mencapai US$ 30 miliar supaya pembangunan smelter sampai 2023 terpenuhi," ujar dia dalam acara Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (30/5/2022).
Irwandy sendiri tak merinci kebutuhan investasi dari masing-masing smelter yang akan beroperasi. Namun demikian, total besaran investasi nantinya tergantung dari smelter yang akan dibangun, apakah smelter nikel, bauksit, besi, tembaga, timbal atau seng.
Sebelumnya, Kementerian ESDM membeberkan bahwa sampai dengan 2024 mendatang, pemerintah menargetkan sebanyak 53 smelter beroperasi. Adapun kebutuhan investasi untuk membangun 53 smelter sampai dengan 2024 tersebut yakni mencapai US$ 21,59 miliar.
Dengan rincian investasi untuk smelter nikel sebesar US$ 8 miliar, bauksit sebesar US$ 8,64 miliar, besi sebesar US$ 193,9 juta, tembaga US$ 4,69 miliar, mangan sebesar US$ 23,9 juta, serta timbal dan seng sebesar US$ 28,8 juta.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Tahun Depan Ada 11 Smelter Bauksit Beroperasi