7 Fakta Baru Perang Ukraina, Biden Warning-Rusia Makin Sangar
Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia-Ukraina masih terus berlangsung. Meski telah memasuki bulan ketiga, pertempuran antara kedua pihak masih cukup sengit, utamanya di wilayah Timur.
Berikut perkembangan peperangan di Ukraina sebagaimana dirangkum AFP dan CNN International per Selasa (31/5/2022):
1. Biden Warning Perang Ukraina Bagian Pertempuran Besar
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberi peringatan pada dunia. Ia mengatakan pertempuran Ukraina melawan Rusia adalah "bagian dari perjuangan yang lebih besar yang menyatukan semua warga dunia".
Ia mengatakan ini dikarenakan peperangan yang terjadi di negara pimpinan Presiden Volodymyr Zelensky itu merupakan simbol perebutan kebebasan. Agresi Rusia, tambahnya, memadamkan budaya demokrasi.
"Pada saat ini, ketika perang agresi sekali lagi dilakukan oleh Rusia untuk memadamkan kebebasan dan demokrasi budaya dan identitas negara tetangga Ukraina, lihat dengan jelas semua yang dipertaruhkan - kebebasan tidak pernah bebas, demokrasi selalu membutuhkan juara," kata Biden saat memberikan sambutan dari Pemakaman Nasional Arlington.
2. Rusia Makin "Sangar"
Pasukan Rusia makin sangar dalam pertempuran di Ukraina Timur. Dilaporkan, Rusia terus maju ke pusat kota Severodonetsk.
Kota itu telah dibombardir selama berminggu-minggu. Ini adalah jantung industri Ukraina.
"Rusia maju ke tengah Severodonetsk. Pertempuran berlanjut. Situasinya sangat sulit," kata Gubernur Lugansk Sergiy Gaiday di Telegram.
Severodonetsk adalah kota paling timur yang masih berada di tangan Ukraina. Menangkapnya akan memberi Rusia kendali de-facto atas Lugansk, salah satu dari dua wilayah timur yang membentuk Donbas yang diinginkan Moskow.
3. Rudal Baru AS ke Ukraina
Presiden AS Joe Biden mengatakan ia tidak berencana untuk mengirim roket ke Ukraina yang bisa mencapai wilayah Rusia. Kyiv sebelumnya meminta AS untuk meluncurkan roket dengan jangkauan hingga 300 kilometer (187 mil).
"Kami tidak akan mengirim sistem roket ke Ukraina yang dapat menyerang Rusia," Biden, yang telah mengumumkan bantuan militer miliaran dolar untuk Ukraina, mengatakan kepada wartawan di Washington.
4. Erdogan Telepon Putin
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, selama panggilan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Senin, menawarkan untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Rusia, Ukraina dan PBB di Istanbul.
"Perlunya langkah-langkah yang akan meminimalkan efek negatif perang dan membangun kembali perdamaian antara Rusia dan Ukraina sesegera mungkin," menurut sebuah pernyataan Ankara.
5. Jurnalis Prancis Terbunuh
Presiden Prancis Emmanuel Macron mentweet bahwa seorang jurnalis Prancis telah ditembak dan dibunuh di Ukraina.
"Wartawan, Frederic Leclerc-Imhoff berada di Ukraina untuk menunjukkan realitas perang. Di atas bus kemanusiaan, bersama warga sipil yang terpaksa melarikan diri untuk menghindari bom Rusia, dia ditembak mati," cuit presiden Prancis itu.
6. Belanda Jadi Korban Baru
Perusahaan energi Belanda GasTerra mengatakan akan terputus dari gas Rusia karena menolak membayar dalam rubel. GasTerra mengatakan raksasa gas Rusia Gazprom telah memberitahu perusahaan bahwa mereka akan mematikan keran pada 31 Mei.
Gazprom telah memotong gas ke Polandia dan Bulgaria karena penolakan mereka untuk membayar gas dalam rubel, yang didorong Moskow sebagai cara untuk menghindari sanksi Barat terhadap bank sentralnya.
Perusahaan energi Denmark Orsted memperingatkan Rusia bisa memotong pasokan gas ke Denmark setelah juga menolak untuk membayar dalam rubel.
7.Eropa Larang Impor Minyak Rusia
Para pemimpin Uni Eropa (UE) akhirnya bulat menyetujui larangan impor minyak Rusia. Namun ini tak secara keseluruhan, melainkan 2/3nya saja.
Hal tersebut dicapai Senin waktu setempat. Itu terlaksana setelah kompromi alot selama berminggu-minggu dengan Hongaria, yang selama ini menolak boikot.
"Perjanjian untuk melarang ekspor minyak Rusia ke UE. Ini segera mencakup lebih dari 2/3 impor minyak dari Rusia, memotong sumber pembiayaan yang sangat besar untuk mesin perangnya," cuit kepala Dewan Eropa Charles Michel.
"(Ini) tekanan maksimum pada Rusia untuk mengakhiri perang."
Michel mengatakan paket itu juga melibatkan pemutusan hubungan bank terbesar Rusia Sberbank dari sistem SWIFT global. Ini juga berisi larangan tiga lembaga penyiaran negara Rusia dan tambahan orang-orang Moskow ke dalam daftar hitam kejahatan perang.
Hal sama juga ditegaskan Kepala Eksekutif UE, Ursula von der Leyen. Ia menyakini langkah itu akan secara efektif memotong sekitar 90% impor minyak dari Rusia ke UE pada akhir tahun.
"Jerman dan Polandia telah berkomitmen untuk menghentikan pengiriman melalui pipa ke wilayah mereka," tambahnya.
Embargo minyak ini adalah paket keenam dari banyaknya sanksi yang diberikan kawasan akibat serangan Rusia ke Ukraina. Rusia sendiri menyerang Ukraina sejak 24 Februari lalu dan menyebabkan krisis pengungsi terbesar Eropa sejak Perang Dunia 2.
(sef/sef)