RI Punya 800 Ribu Ton 'Harta Karun' Terbaik Ke-2 Dunia
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki beragam 'harta karun' dalam hal ini adalah sumber daya mineral berupa produksi timah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, bahwa Indonesia berperan penting dalam penyediaan bahan baku timah dunia. Pasalnya, negara ini memiliki cadangan timah terbesar kedua di dunia.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Miberba) Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin mengatakan bahwa total cadangan dunia saat ini mencapai 4.741.000 Ton logam. Adapun dari jumlah tersebut kontribusi cadangan timah Indonesia mencapai 800 ribu ton atau 17% dari cadangan timah dunia.
Sementara, kontribusi cadangan timah China terhadap dunia mencapai 23 persen, Brazil 15%, dan Australia 8%. "Timah nomor dua di dunia, no satu China, tidak ada yang bisa lawan China dan cadangan kita logam ada 800 ribu ton cadangan timah," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (21/6/2022).
Ridwan menjelaskan bahwa saat ini 91% cadangan logam timah terdapat di Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, saat ini terdapat 482 Izin Usaha Pertambangan (IUP) timah, dengan hanya 2 IUP eksplorasi dan 280 IUP operasi produksi.
"Ada 482 IUP komoditas timah di Babel, dengan hanya 2 IUP eksplorasi dan 280 operasi produksi tidak semua aktif operasi," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil timah kedua terbesar di dunia setelah China. 'Harta karun' timah milik Indonesia itu memang menjadi andalan Indonesia untuk diekspor.
Oleh karena itu, Menteri Bahlil menginisiasi untuk memperbesar hilirisasi timah di Indonesia. Sebab, dalam catatan Menteri Bahlil, hilirisasi timah di Indonesia baru 10% dari kegiatan ekspor timah yang dilakukan di Indonesia.
"Ingat, kita ini negara penghasil timah kedua terbesar setelah China. Tapi Indonesia juga sebagai negara eksportir timah terbesar di dunia. Karena hilirisasinya tidak lebih dari 10% jadi kita harus betul-betul membangun hilirisasi," ungkap Menteri Bahlil dalam Press Briefing di WEF Annual Meeting 2022, Davos, Swiss.
(pgr/pgr)