Konsumsi Pertalite Diprediksi Meledak, Kuota Cukup Gak?
Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan bahan bakar minyak (BBM) untuk BBM jenis RON 90 atau Pertalite di dalam negeri diproyeksi akan mengalami lonjakan. Hal tersebut menyusul Indonesia yang akan memasuki masa pasca pandemi atau masa transisi menuju endemi.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai permintaan BBM diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Pasalnya, BBM sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, sehingga cukup sulit untuk ditekan tingkat konsumsinya secara drastis.
"Kalau konsumsi kemungkinan tidak dapat diturunkan drastis karena memang kebutuhan. Apalagi ini menuju endemi kemungkinan konsumsi meningkat," ujar Komaidi kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/6/2022)
Menurut dia, tingkat konsumsi BBM bisa saja dapat ditekan asalkan pemerintah sudah mempersiapkan alternatif lain. Salah satunya misal seperti menggenjot pertumbuhan penyediaan transportasi umum.
"Kecuali sudah ada solusi lain seperti penggunaan transportasi publik yang masif," kata dia.
PT Pertamina Patra Niaga mencatat bahwa saat ini kuota BBM Pertalite masih aman dalam kondisi stok mencapai 17 hari. Saat ini BBM Pertalite memang menjadi buruan warga Indonesia lantaran harganya yang murah atau Rp 7.650 per liter dibandingkan dengan harga Pertamax yang mencapai Rp 12.500 per liter.
Akibat jurang harga Pertalite dan Pertamax yang telampau tinggi, Pertamina mencatat bahwa saat ini terjadi migrasi pembelian BBM dari Pertamax ke Pertalite sebanyak 25%.
"Sekarang ini ada kurang lebih 25% yang beralih," kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/5/2022).
Sebelumnya, Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi (BPH Migas) mencatat penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite (RON 90) telah mencapai 39% dari kuota yang sudah ditetapkan pada tahun ini.
Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak menjelaskan bahwa sejak Kementerian ESDM resmi menetapkan BBM jenis Pertalite sebagai Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP). Maka pihaknya terus melakukan pengawasan dan pemantauan di lapangan.
"Sejak diterbitkannya peraturan menteri tentu Pertalite ini menjadi JBKP yang memang kita lakukan juga pengawasan dan pemantauan terhadap distribusinya. Untuk Januari sampai April itu untuk JBKP sudah terealisasi 39% yang sampai Maret sudah terverifikasi, yang April adalah yang unverified," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (11/5/2022).
Alfon mengatakan konsumsi Pertalite sendiri mengalami kenaikan rata-rata 36,1%. Adapun, kenaikan tertinggi mencapai 46% pada saat H-1 lebaran 2022. Oleh sebab itu, guna menjaga ketersediaan pasokan Pertalite tetap aman hingga akhir tahun, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pertamina untuk melakukan pengawasan.
"Bagaimana ini bisa mencukupi, dengan Pertamina selaku badan penugasan bahwa ini mengisi Pertalite itu yang benar-benar layak," katanya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VII DPR sebelumnya menyampaikan akan menambah kuota BBM Pertalite sebanyak 5,45 juta Kilo liter (kl) menjadi 28,50 juta kl.
Penambahan kuota itu sebagai dampak dari melonjaknya permintaan Pertalite pasca harga BBM RON 92 atau Pertamax mengalami kenaikan.
Arifin mengusulkan kuota Solar subsidi ditambah sebesar 2,29 juta kilo liter (kl) menjadi 17,39 juta kl, minyak tanah bertambah 0,10 juta kl menjadi 0,58 juta kl, dan Pertalite bertambah 5,45 juta kl menjadi 28,50 juta kl.
"Beberapa langkah strategi dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia kami siapkan. Jangka pendek, kami mengusulkan perubahan kuota BBM jenis tertentu yaitu minyak Solar, minyak tanah, dan JBKP Pertalite dan penyesuaian harga BBM non subsidi," ungkapnya saat Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022).
(pgr/pgr)