
Ini Dia Alasan Kenapa Erdogan Dapat Warning & Dikutuk AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) tiba-tiba mengultimatum Turki. Hal ini ditegaskan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan dimuat France 24 yang mengutip kantor berita AFP, Rabu (25/5/2022).
AS bahkan memberi peringatan ke Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dalam kutipannya, AS juga menyebut kata "mengutuk" pada aktivitas baru Ankara.
Apa penyebabnya?
Ini bermula dari keinginan Erdogan untuk kembali melakukan "operasi militer" baru ke Suriah Utara. Ia mengatakan akan membuat "zona aman" sepanjang 30 kilometer (km) di perbatasannya dengan Suriah.
Mengutip Al Jazeera, hal itu dilakukan untuk menghubungkan dua wilayah yang bereda di bawah kendali Turki di Suriah. Erdogan tidak memberikan perincian lebih lanjut tetapi mengatakan operasi itu akan dimulai setelah militer, intelijen, dan pasukan keamanan Turki menyelesaikan persiapan mereka.
"Kami akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai 'bagian yang tidak lengkap' ... mulai di zona aman sedalam 30 km yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami," kata Erdogan, Selasa waktu setempat.
Daerah yang ditargetkan ini dikendalikan Pasukan Demokrat Suriah. Ini adalah sebuah kelompok payung yang mencakup Unit Perlindungan Rakyat, sebuah kelompok bersenjata Kurdi yang juga dikenal sebagai YPG.
Turki memandang YPG sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. Di Ankara, PKK dianggap sebagai sebuah kelompok "teroris".
PKK sendiri telah melancarkan pemberontakan bersenjata melawan Turki sejak 1984. Dilaporkan puluhan ribu orang tewas dalam konflik tersebut.
Namun hal tersebut menimbulkan kekhawatiran pertempuran baru di perbatasan Turki-Suriah. Menurut AS, ini bisa membahayakan sekutu NATO, khususnya pasukannya di sana.
AS sendiri diketahui bekerja sama dengan YPG. Hal tersebut dilakukan guna melawan ISIS di Suriah.
"Kami sangat prihatin dengan laporan dan diskusi tentang potensi peningkatan aktivitas militer di Suriah utara dan, khususnya, dampaknya terhadap penduduk sipil," kata Price.
"Kami mengutuk setiap eskalasi. Kami mendukung pemeliharaan jalur gencatan senjata saat ini."
Turki telah meluncurkan tiga serangan ke Suriah sejak 2016. Namun di Oktober 2019, Erdogan dan mantan Presiden AS Donald Trump telah sepakat soal selesainya misi di Suriah, di mana kedua negara akan mundur.
"Kami berharap Turki memenuhi pernyataan bersama Oktober 2019, termasuk menghentikan operasi ofensif di timur laut Suriah," kata Price lagi.
"Kami mengakui kekhawatiran keamanan Turki yang sah di perbatasan selatan Turki. Tetapi setiap serangan baru akan semakin merusak stabilitas regional dan membahayakan pasukan AS dalam kampanye koalisi melawan ISIS."
Turki sendiri tengah panas dengan NATO. Di mana negara itu menentang masuknya Finlandia dan Swedia sebagai dampak perang Rusia-Ukraina.
Erdogan menyebut negara Nordik mendukung PKK. Rencananya NATO, Swedia dan Finlandia akan melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Turki untuk meredakan kekhawatiran Erdogan.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erdogan Ngamuk! Ada Serangan Balas Dendam ke Wilayah Suriah
