Internasional

Krisis Sri Lanka Makin Ngeri, Warga Teriak Bakal Mati

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 May 2022 16:30
A Sri Lankan man reacts to tear gas as he walks past the vandalized site of anti-government protests outside president's office in Colombo, Sri Lanka, Monday, May 9, 2022. Authorities deployed armed troops in the capital Colombo on Monday hours after government supporters attacked protesters who have been camped outside the offices of the country's president and prime minster, as trade unions began a “Week of Protests” demanding the government change and its president to step down over the country’s worst economic crisis in memory. (AP Photo/Eranga Jayawardena)
Foto: AP/Eranga Jayawardena

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Sri Lanka kian parah. Warga harus bersiap mengalami kekurangan pangan, bersamaan dengan krisis ekonomi yang masih terjadi hingga kini.

Hal ini disampaikan langsung Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe, dikutip Jumat (20/5/2021). Sebelumnya, keputusan Presiden Gotabaya Rajapaksa pada April 2021 untuk melarang impor semua pupuk kimia secara drastis mengurangi hasil panen, dan meskipun telah dibatalkan, tak diikuti pembelian yang substansial.

"Meskipun mungkin tidak ada waktu untuk mendapatkan pupuk untuk musim Yala (Mei-Agustus) ini, langkah-langkah sedang diambil untuk memastikan stok yang cukup untuk musim Maha (September-Maret)," kata Wickremesinghe dalam sebuah pesan di Twitter.

"Saya dengan tulus mendesak semua orang untuk menerima gawatnya ... situasi ini," tambahnya soal ancaman krisis pangan di negara itu.

Hal ini membuat marah warga. Mereka menilai pernyataan pemerintah tak manfaat sama sekali.

"Tidak ada gunanya berbicara tentang betapa sulitnya hidup ini," kata A.P.D. Sumanavathi, wanita berusia 60 tahun yang menjual buah dan sayuran di pasar Pettah di Kolombo, dikutip dari Reuters.

"Saya tidak bisa memprediksi bagaimana keadaannya dalam dua bulan, pada tingkat ini kita bahkan mungkin tidak berada di sini."

Hal sama juga dikatakan Mohammad Shazly. Ia sendiri telah tiga hari mengantre di depan sebuah toko yang menjual tabung gas untuk memasak, yang harganya melambung tinggi.

"Hanya sekitar 200 silinder yang dikirim, padahal yang datang sekitar 500 orang," kata supir paruh waktu itu.

"Tanpa gas, tanpa minyak tanah, kita tidak bisa berbuat apa-apa."

"Pilihan terakhir apa? Tanpa makanan kita akan mati. Itu akan terjadi, 100%," tegasnya.

Krisis ekonomi Sri Lanka muncul akibat pandemi Covid-19 yang menghantam ekonomi di negara pariwisata itu. Masalah diperparah dengan kenaikan harga minyak, ketergantungan pada impor, dan utang yang menggunung.

Inflasi bahkan diyakini bisa naik lebih jauh ke 40% dalam beberapa bulan ke depan. Di April, inflasi mencapai 29,8% dengan harga makanan naik 46,6% year-on-year (yoy).


(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma China-Rusia, Ramai WN Tinggalkan Juga Negara Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular