
Pertama Kali dalam Sejarah, Sri Lanka Gagal Bayar Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertama kalinya dalam sejarah, Sri Lanka dilaporkan gagal membayar utang. Ini terjadi akibat krisis ekonomi dan politik yang dipicu oleh pandemi Covid-19 dan perang Rusia di Ukraina.
Sebagaimana dikutip dari The Guardian, tingkat inflasi yang melonjak menuju 40%, kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan, serta pemadaman listrik bergilir telah menyebabkan protes nasional dan jatuhnya mata uang. Belum lagi pemerintah kekurangan cadangan mata uang asing yang dibutuhkan untuk membayar impor.
Gubernur bank sentral Sri Lanka, Nandalal Weerasinghe mengatakan bahwa demokrasi tertua di Asia telah jatuh ke dalam "default pre-emptive" setelah berakhirnya masa tenggang 30 hari untuk pembayaran bunga yang terlewat pada dua obligasi negaranya. Ini adalah default pertama oleh negara Asia-Pasifik abad ini, menurut lembaga pemeringkat kredit Moody's.
"Posisi kami sangat jelas, sampai ada restrukturisasi utang, kami tidak dapat membayar," kata Weerasinghe dalam konferensi pers Kamis (19/5/2022), setelah tenggat waktu berlalu untuk melakukan pembayaran US$ 78 juta atau setara Rp1,1 triliun kepada kreditur internasional.
Bulan lalu, Sri Lanka mengatakan akan berhenti membayar utang internasionalnya untuk menghemat cadangan mata uang asing yang semakin menipis, yang penting untuk mengimpor bahan baku utama dari luar negeri.
Sri Lanka telah menangguhkan pembayaran sekitar US$ 7 miliar pinjaman internasional yang jatuh tempo tahun ini, dari total tumpukan utang luar negeri senilai US$ 51 miliar. Kementerian keuangan negara itu mengatakan memiliki US$25 juta dalam cadangan devisa yang dapat digunakan.
Weerasinghe mengatakan dolar yang cukup telah dikeluarkan untuk membayar pengiriman bahan bakar dan gas memasak, dibantu oleh US$ 130 juta dari Bank Dunia (World Bank) dan pengiriman uang dalam mata uang asing yang dikirim pulang oleh orang-orang Sri Lanka yang bekerja di luar negeri.
Bank sentral bersama pemerintah telah memulai diskusi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menuju sebuah program guna mengatasi tantangan ekonominya. "Pengaturan cepat sedang dibuat untuk memulai proses restrukturisasi utang luar negeri," katanya.
Negosiasi juga telah dimulai untuk mendapatkan bridging finance untuk mengamankan mata uang asing yang diperlukan untuk membiayai impor barang-barang penting dan memperkuat program jaring pengaman sosial nasional, tambahnya.
Perdana Menteri baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengatakan krisis akan memburuk dalam beberapa bulan ke depan sebelum bisa menjadi lebih baik.
Krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan Sri Lanka pada tahun 1948 telah menyebabkan pengunduran diri Mahinda Rajapaksa sebagai perdana menteri setelah berbulan-bulan munculnya protes warga yang melibatkan bentrokan kekerasan dan fatal di jalan-jalan ibu kota.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Penyebab Krisis Ekonomi di Sri Lanka Makin Suram