Bank Dunia Tiba-tiba Gelontorkan Duit Rp 438 T, Buat Apa?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
19 May 2022 15:00
INFOGRAFIS, 10 Negara dengan Hutang Terbanyak di Dunia
Foto: Infografis/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia mengaku telah menggelontorkan dana sebesar US$ 30 miliar atau setara Rp 438 triliun (kurs Rp 14.600/US$), sebagai respon dalam menghadapi krisis pangan global.

Presiden Grup Bank Dunia David Malpass menjelaskan dana tersebut akan dipergunakan untuk mendorong produksi pangan dan pupuk, meningkatkan sistem pangan, memfasilitasi perdagangan yang lebih besar, serta mendukung rumah tangga dan produsen yang rentan.

"Kenaikan harga pangan memiliki dampak yang menghancurkan bagi mereka yang paling miskin dan paling rentan," ujar Malpass dalam keterangan resmi, Kamis (19/5/2022).

Bank Dunia bekerja sama dengan negara-negara dalam mempersiapkan proyek-proyek baru senilai US$12 miliar untuk 15 bulan ke depan dalam rangka menanggapi krisis ketahanan pangan.

Misalnya, seperti pembangunan proyek air dan irigasi, yang kemungkinan akan disalurkan kepada negara-negara Afrika dan Timur Tengah, Eropa Timur dan Asia Tengah, serta Asia Selatan.

Daerah-daerah tersebut termasuk yang paling terpukul oleh dampak perang di Ukraina terhadap pasokan biji-bijian.

Negara-negara seperti Mesir sangat bergantung pada gandum Ukraina dan Rusia dan berebut pasokan karena Rusia telah memblokade ekspor pertanian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam dan telah memberlakukan pembatasan ekspor domestik.

Sementara itu, dana sebesar US$ 18,7 miliar akan dipergunakan untuk proyek-proyek terkait ketahanan pangan dan gizi, yang mencakup pertanian dan sumber daya alam, nutrisi, perlindungan sosial, dan sektor lainnya.

Setidaknya, ada empat prioritas yang akan dibahas bersama sebagai antisipasi terhadap krisis pangan dunia. Misalnya, mendorong peningkatan produksi musim depan dengan menghilangkan hambatan perdagangan input, penggunaan pupuk yang lebih efisien dna mengubah kebijakan pengeluaran publik untuk lebih mendukung petani.

Kemudian, membangun konsensus internasional melalui G7, G20 atau lainnya dan komitmen untuk menghindari pembatasan ekspor dan impor, serta meningkatkan program perlindungan sosial bagi rumah tangga yang rentan.

Terakhir, adalah memperkuat sistem pangan melalui investasi dalam ketahanan pangan dan gizi yang berkelanjutan baik jangka pendek maupun jangka panjang.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Detik-detik Bos Bank Dunia Sowan Jokowi di Istana Merdeka

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular