Erick Thohir Singgung Lagi Soal Harga Pertalite, Jadi Naik?

News - Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
18 May 2022 19:24
Suasana antrian pengemudi motor untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina Kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu, (30/3/2022). (CNBC Indoneia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi SPBU (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah dalam beberapa waktu belakangan sempat melontarkan wacana adanya perubahan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite. Wacana itu imbas dari harga minyak mentah dunia yang sudah hampir tiga bulan ini betah di level US$ 100 per barel.

Tingginya harga minyak mentah dunia itu tentunya berdampak pada Indonesia. Maklum saja, saat ini Indonesia adalah negara net importir yang kira-kira masih melakukan kegiatan impor minyak mentahnya sebanyak sekitar 500 ribu barel.

Lalu bagaimana tanggapan Menteri BUMN Erick Thohir?

Ia mengatakan bahwa pemerintah hingga saat ini belum berencana untuk melakukan penyesuaian harga BBM jenis Pertalite. Hal tersebut mempertimbangkan dengan kondisi masyarakat yang masih terdampak akibat pandemi Covid-19.

Erick membeberkan, meskipun harga BBM di berbagai negara saat ini telah mengalami lonjakan harga akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. Namun pemerintah tetap mengambil posisi di mana masyarakat yang tidak mampu tetap diberikan subsidi BBM.

Oleh sebab itu, pemerintah melalui Pertamina hanya melakukan penyesuaian harga untuk BBM jenis Pertamax yang dinaikkan menjadi Rp 12.500/liter. Itupun kata Erick, masih terbilang lebih murah dibandingkan badan usaha lainnya yang sudah menaikkan harga jual BBM dengan jenis Ron yang sama menjadi Rp 16.000/liter.

"Nah Pertalite sekarang Rp 7.600/liter belum ada rencana pemerintah melakukan (penyesuaian)," kata dia saat ditemui di Jakarta Rabu (18/5/2022).

Meski begitu, di sisi lain pemerintah juga tengah menjaga keuangan negara yang saat ini masih berada dalam situasi ketidakpastian ekonomi global. Misalnya seperti inflasi yang cukup tinggi dan rantai pasok yang tidak pasti, sehingga membuat harga-harga menjadi mahal.

"Beberapa negara seperti Pakistan, Sri Lanka negara negara Afrika mulai mengkonsolidasikan keuangannya juga. Nah Indonesia alhamdulillah ini pertama kali dalam sejarah kita mempunyai nilai ekspor surplus sampai US$ 34 miliar nah ini harus dipertahankan karena sebagian besar dari surplus ini untuk kepentingan subsidi buat rakyat. Listrik masih subsidi, bbm masih subsidi, bansos masih ada, ada BLT minyak goreng. Ini negara yang sangat kaya jadi kita harus jaga," ujarnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif sebelumnya juga buka suara atas rencana pemerintah sebelumnya yang akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite.

Menurut dia, saat ini pihaknya masih melihat perkembangan sehingga rencana kenaikan harga Pertalite itu belum dijalankan. "Belum ada (kenaikkan harga), masih liat perkembangan jadi belum ada rencana," terang Menteri Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (13/5/2022).

Masih berkaitan dengan BBM Pertalite, sebagaimana diketahui, merespon tingginya harga minyak mentah dunia, pemerintah sudah mengerek harga BBM Pertamax Cs. Akibat itu, terjadi migrasi penggunaan BBM dari Pertamax ke Pertalite. Sehingga konsumsi BBM Pertalite saat ini mengalami lonjakan yang signifikan.

Mengacu data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) penyaluran BBM Pertalite sampai pada April 2022 ini sudah mencapai 39% dari kuota BBM Pertalite yang sudah ditetapkan pada tahun ini.

"(Penambahan kuota Pertalite) ini di Pertamina, kalau kurang ya ditambah. Kan kemarin kelihatan tuh dari rencana sekian tiba-tiba naik 41%. Kita lihat sampai akhir tahun berapa," tandas Menteri Arifin.

Direktur BBM BPH Migas Patuan Alfon Simanjuntak menjelaskan bahwa sejak Kementerian ESDM resmi menetapkan BBM jenis Pertalite sebagai Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus Penugasan (JBKP). Maka pihaknya terus melakukan pengawasan dan pemantauan di lapangan.

"Sejak diterbitkannya peraturan menteri tentu Pertalite ini menjadi JBKP yang memang kita lakukan juga pengawasan dan pemantauan terhadap distribusinya. Untuk Januari sampai April itu untuk JBKP sudah terealisasi 39% yang sampai Maret sudah terverifikasi, yang April adalah yang unverified," ujar dia dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (11/5/2022).

Alfon mengatakan konsumsi Pertalite sendiri mengalami kenaikan rata-rata 36,1%. Adapun, kenaikan tertinggi mencapai 46% pada saat H-1 lebaran 2022. Oleh sebab itu, guna menjaga ketersediaan pasokan Pertalite tetap aman hingga akhir tahun, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pertamina untuk melakukan pengawasan.

"Bagaimana ini bisa mencukupi, dengan Pertamina selaku badan penugasan bahwa ini mengisi Pertalite itu yang benar-benar layak," katanya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Muncul Fenomena Pertalite Mulai Habis di SPBU


(pgr/pgr)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading