
Gawat! Sri Lanka Alami 'Sakaratul Maut' Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis di Sri Lanka masih terus melanda dan belum tertangani. Saat ini, negara di tengah-tengah Samudera Hindia itu bahkan telah menemui fase habisnya bahan bakar.
Dalam sebuah keterangan pers, Perdana Menteri (PM) Baru Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa negara itu tak dapat memperoleh pasokan bahan bakar yang mumpuni karena kehabisan devisa.
Ia mengatakan negaranya itu masih membutuhkan US$ 75 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun dalam valuta asing untuk membayar impor bahan-bahan pokok yang krusial.
"Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari. Beberapa bulan kedepan akan menjadi yang paling sulit dalam hidup kami," katanya seperti dikutip Reuters, Selasa (17/5/2022).
"Kami harus mempersiapkan diri untuk membuat beberapa pengorbanan dan menghadapi tantangan periode ini."
Untuk mengatasi hal ini, pihaknya sendiri sudah mendapatkan bantuan dari India dalam bentuk jalur kredit untuk pengiriman solar dan bensin dari negara itu. Namun distribusi pasokan itu diakui butuh waktu lebih dari sehari.
"Kami meminta masyarakat untuk tidak mengantri atau mengisi ulang dalam tiga hari ke depan sampai 1.190 pengiriman SPBU selesai," kata Menteri Tenaga Kerja Kanchana Wijesekera.
Selain bahan bakar, Sri Lanka juga dilaporkan mengalami defisit obat-obatan. Tercatat, ada 14 jenis obat esensial yang saat ini sulit didapatkan Negeri Ceylon itu.
Sri Lanka sendiri bergulat dengan apa yang dikatakan sebagai krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Krisis yang dialami negara itu sebagian disebabkan oleh defisit mata uang asing karena digunakan untuk membayar utang luar negeri.
Selain itu, sumber pemasukan devisa Sri Lanka lainnya seperti dari sektor pariwisata juga menurun karena pandemi Covid-19.
Akibatnya, negara itu tak memiliki uang untuk mengimpor bahan bakar dan beberapa barang lainnya. Dalam data terbaru akhir April, Kolombo itu masih membutuhkan cadangan devisa sebesar US$ 4 miliar untuk memenuhi kebutuhannya.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga BBM Naik di 2022, Subsidi Energi Masih Bengkak Rp551 T