
Harga BBG Naik, Pengemudi Taksi Mulai Kena Dampaknya
Pemerintah sudah menaikkan harga jual Bahan Bakar Gas (BBG) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) menjadi Rp 4.500 per liter

Petugas melakukan pengisian Bahan Bakar Gas di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jl. Kapten Tendean, Rabu (11/5/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sudah menaikkan harga jual Bahan Bakar Gas (BBG) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) menjadi Rp 4.500 per liter setara premium (lsp) dari yang sebelumnya hanya Rp 3.100 lsp. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kenaikan tersebut dikeluhkan pengemudi taksi "Pengaruh ke komisi, jadi yang dibawa pulang jadi dikit, kan kalau bahan bakar murah yang dibawa pulang jadi banyak kalau naik ya jadi dikit," kata salah satu pengemudi taksi yang enggan disebutkan namanya. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Karena kenaikan ini sebelumnya pengemudi taksi tersebut biasanya menggisi BBG seharga Rp 80.000 namun sekarang ia harus mengeluarkan kocek lebih yaitu Rp 100.000. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan bahwa penyesuaian harga dilakukan dengan pertimbangan keekonomian. Utamanya untuk pengoperasian kendaraan BBG. "Keputusan tersebut telah melalui pembahasan dengan para stakeholders terkait," ujar Tutuka kepada CNBC Indonesia, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Dalam Kepmen 82/2022 ini menyatakan, harga jual bahan bakar gas yang digunakan untuk transportasi adalah untuk bahan bakar gas berupa compressed natural gas (CNG) yang diperuntukkan bagi kendaraan bermotor, untuk transportasi jalan. "Harga jual BBG yang digunakan untuk transportasi pada Stasiun Pengisian bahan Bakar gas di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebesar Rp 4.500 untuk tiap satu liter setara premium (lsp) termasuk pajak-pajak," terang Kepmen 82/2022 yang diteken Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 19 April 2022.(CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kenaikan harga BBG tampaknya berdampak minim terhadap ekonomi Indonesia khususnya daya beli masyarakat. Hal ini karena pengguna BBG yang sedikit dibanding dengan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Sekadar informasi, pengguna BBG didominasi oleh bus, angkot, bajaj, dan taksi. -- (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)