Harga Tembaga Melambung, Freeport Genjot Produksi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan harga tembaga di pasar internasional saat ini menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku usaha di sektor tambang. Salah satunya yakni PT Freeport Indonesia (PTFI).
Namun sayang, gurihnya harga tembaga tak serta merta membuat perusahaan dapat menggenjot produksi seenaknya. Pasalnya, produksi perusahaan sudah direncanakan secara matang hingga masa kontrak berakhir di 2041.
"Oh ketika harga tinggi genjot produksi? Gak bisa seperti itu, karena tambang bawah tanah kita sistemnya block caving diambilnya dari dari bawah akan runtuh. Ketika harga tinggi gak bisa karena faktor safety dan lainnya," ujar dia dalam acara Talk To Titans CNBC Indonesia, Selasa (10/5/2022).
Meski demikian, ia memproyeksikan tahun ini tambang bawah tanah PTFI akan beroperasi dengan kapasitas penuh alias 100%. Setidaknya, tahun ini Freeport menargetkan bisa menghasilkan 1,6 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ons emas.
"Tahun depan ada sedikit peningkatan lagi," ujarnya.
Adapun, menurut Tony harga tembaga sejatinya sudah mengalami kenaikan, bahkan sebelum adanya invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pertumbuhan ekonomi di beberapa negara yang mulai menggeliat.
"Kalau dikaitkan dengan apakah krisis Rusia-Ukraina membuat harga tambah tinggi lagi mungkin saja. Karena Rusia salah satu penghasil tembaga terbesar," ungkapnya.
Tony menjelaskan bahwa produksi tembaga Rusia saat ini posisinya hampir sama dengan tingkat produksi tembaga dari Indonesia dengan jumlah produksi sekitar 700-800 ribu ton. Meskipun, tidak sebesar produksi Chile, Amerika Serikat, maupun China namun efek perang Rusia Ukraina akan tetap berpengaruh pada harga tembaga di pasar internasional.
[Gambas:Video CNBC]
Bos Freeport Beberkan Sejumlah Tantangan Bangun Energi Hijau
(pgr/pgr)