Bangun Smelter Tembaga Rp 43 T, Freeport Wanti-Wanti Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
10 May 2022 18:45
Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia, KEK Gresik, 12 Oktober 2021. (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) berharap agar industri lanjutan di dalam negeri yang menyerap katoda tembaga hasil produksi perusahaan dapat tumbuh. Mengingat, dana yang digelontorkan perusahaan untuk pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur akan menelan biaya US$ 3 miliar atau setara Rp 43,05 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$).

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan pada saat smelter beroperasi nanti, perusahaan akan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600 ribu ton katoda tembaga. Oleh sebab itu, ia berharap agar ada industri yang nantinya menyerap hasil produksi perusahaan.

"Jadi memang hilirisasi itu perlu juga dipikirkan hilirisasi lanjutan, siapakah yang akan mengkonsumsi tembaga yang kita hasilkan. Jadi perlu tumbuh di dalam negeri industri lanjutan lainnya yang akan gunakan katoda tembaga," kata dia dalam acara Talk To Titans CNBC Indonesia, Selasa (10/5/2022).

Menurut dia, jika industri tidak dapat menyerap 100% hasil produksi katoda tembaga PTFI, maka ujung-ujungnya perusahaan akan direpotkan dengan menjualnya di pasar ekspor. Oleh sebab itu, serapan katoda tembaga untuk pasar dalam negeri menjadi hal yang cukup krusial.

"Kita sebenarnya tidak expert di situ tapi ini komitmen kita, kita bangun dan akan kita operasionalkan. Harapannya muncul industri hilir lain. Katakan mobil listrik atau industri kabelnya, elektronik dan lainnya," kata Tony.

Tony sendiri optimistis smelter di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE di Gresik, bisa mencapai 50% pada akhir 2022. Hal ini setelah progres pengerjaan proyek smelter dilaporkan mencapai 23% dengan total biaya yang dikeluarkan hampir mencapai US$ 700 juta.

"Akhir tahun ini bisa mencapai 50% progresnya dengan biaya US$ 1,6 miliar sampai akhir tahun. Kan total investasi US$ 3 miliar sampai akhir tahun sekitar Rp 22 triliun," ujarnya.

Sebelumnya, Tony Wenas menilai setidaknya butuh lima tahun lagi untuk proyek smelter ini selesai, atau paling cepat bisa beroperasi sepenuhnya ada 2024 mendatang.

Proyek ini sendiri nantinya akan menjadi smelter single line terbesar di dunia. Sehingga, waktu yang dibutuhkan untuk proses pembangunan dapat memakan waktu jika dibandingkan untuk membangun skala yang lebih kecil.

"Tentunya tidak dalam hitungan 2-3 tahun ke depan, karena tergantung skalanya bagaimana membangun smelter tersebut. Contohnya smelter PTFI akan dibangun dalam lima tahun dan smelter tembaga ini adalah smelter tembaga single line terbesar di dunia," kata dia dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2022, Selasa (22/3/2022).


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wow! 50 Tahun Beroperasi, Produksi Emas Freeport Capai 1.900 Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular