Dokumen Kremlin Bocor, Rusia Akui Ekonominya 'Nyungsep'
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Rusia mengakui negaranya mengalami kontraksi ekonomi yang cukup dalam pasca keputusan untuk menyerang Ukraina. Hal ini ditunjukan dari sebuah salinan laporan Kremlin yang bocor pada Senin (9/5/2022).
Dalam laporan itu, Kementerian Keuangan Rusia memperkirakan penurunan 12% dalam PDB tahun ini. Ini merupakan kontraksi terbesar sejak 1994 ketika bergeser ke arah kapitalisme di bawah Boris Yeltsin, presiden pertama pasca-Soviet.
"Keruntuhan akan menghapus sekitar satu dekade pertumbuhan ekonomi," tulis laporan media Inggris, Telegraph.
Pelemahan ini sendiri lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Beberapa pekan lalu, Bank Sentral memperkirakan kontraksi antara 8% hingga 10% tahun ini, sedangkan Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan penurunan 8,5%.
Sementara itu, angka resmi menunjukkan ekonomi Rusia tumbuh 3,7% pada kuartal pertama 2022. Menurut gubernur bank sentral negara itu, Elvira Nabiullina, ini adalah dorongan sementara yang didorong oleh orang-orang yang menimbun barang pasca serangan Moskow ke Ukraina.
Perlu diketahui, Rusia telah dihantam oleh sanksi berat setelah serangannya ke Ukraina. Sanksi ini semakin berat setelah Uni Eropa (UE) berencana untuk menghentikan impor migasnya dari negara pimpinan Presiden Vladimir Putin itu.
Hal ini bahkan nyaris membuat Rusia tak mampu membayar utang luar negeri untuk pertama kalinya sejak revolusi Bolshevik seabad yang lalu.
(luc/luc)