Masyarakat Doyan Belanja, Pemerintah Malah Sebaliknya
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2022. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama.
Pada Senin (9/5/2022), Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan PDB atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2022 adalah Rp 4.513 triliun. Sementara atas dasar harga konstan, nilai PDB adalah Rp 2.819 triliun.
Konsumsi rumah tangga, lanjut Margo, masih menjadi motor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal I-2022, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34% yoy dengan porsi 53,65% terhadap PDB.
Pada kuartal I-2021, konsumsi rumah tangga tumbuh -2,21%. Saat itu, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih merajalela sehingga mobilitas dan aktivitas masyarakat dibatasi.
"Mesin-mesin pertumbuhan pada triwulan I-2022 ini sudah menujukkan perannya dalam PDB nasional. Sudah kembali ke masa sebelum dilanda pandemi Covid-19," kata Margo dalam konferensi pers secara virtual.
Kemudian investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,09% dengan pangsa 30,44% dalam pembentukan PDB. Investasi yang tumbuh positif bisa terlihat dari peningkatan penjualan semen, kendaraan bermotor, serta impor barang modal dan bahan baku.
Sedangkan ekspor pada kuartal I-2022 tumbuh impresif 16,22% dengan kontribusi 23,1% terhadap PDB. Penyebabnya adalah kenaikan harga komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara, minyak sawit, dan sebagainya.
Akan tetapi, konsumsi pemerintah tumbuh -7,74% pada kuartal I-2022, dengan sumbangan 5,49% dari PDB. Penyebabnya adalah penurunan belanja penanganan pandemi.
"Konsumsi pemerintah terkontraksi tidak lain karena bahwa belanja barang dan sosial turun seiring dengan kondisi pandemi yang makin baik. Pada triwulan I-2021 kasus melonjak tinggi sehingga belanja barang dan sosial tinggi," jelas Margo.
(aji/aji)