Masyarakat Doyan Belanja, Pemerintah Malah Sebaliknya

Lidya Julita Sembiring-Kembaren, CNBC Indonesia
Senin, 09/05/2022 11:51 WIB
Foto: Warga berbelanja di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta, Senin (25/4/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year-on-year/yoy) pada kuartal I-2022. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama.

Pada Senin (9/5/2022), Kepala BPS Margo Yuwono melaporkan PDB atas dasar harga berlaku pada kuartal I-2022 adalah Rp 4.513 triliun. Sementara atas dasar harga konstan, nilai PDB adalah Rp 2.819 triliun.


Foto: Rilis BPS 9 Mei 2022 (Tangkapan Layar Youtube)
Rilis BPS 9 Mei 2022 (Tangkapan Layar Youtube)

Konsumsi rumah tangga, lanjut Margo, masih menjadi motor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Pada kuartal I-2022, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,34% yoy dengan porsi 53,65% terhadap PDB.

Pada kuartal I-2021, konsumsi rumah tangga tumbuh -2,21%. Saat itu, pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih merajalela sehingga mobilitas dan aktivitas masyarakat dibatasi.

"Mesin-mesin pertumbuhan pada triwulan I-2022 ini sudah menujukkan perannya dalam PDB nasional. Sudah kembali ke masa sebelum dilanda pandemi Covid-19," kata Margo dalam konferensi pers secara virtual.

Kemudian investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,09% dengan pangsa 30,44% dalam pembentukan PDB. Investasi yang tumbuh positif bisa terlihat dari peningkatan penjualan semen, kendaraan bermotor, serta impor barang modal dan bahan baku.

Sedangkan ekspor pada kuartal I-2022 tumbuh impresif 16,22% dengan kontribusi 23,1% terhadap PDB. Penyebabnya adalah kenaikan harga komoditas andalan ekspor Indonesia, seperti batu bara, minyak sawit, dan sebagainya.

Akan tetapi, konsumsi pemerintah tumbuh -7,74% pada kuartal I-2022, dengan sumbangan 5,49% dari PDB. Penyebabnya adalah penurunan belanja penanganan pandemi.

"Konsumsi pemerintah terkontraksi tidak lain karena bahwa belanja barang dan sosial turun seiring dengan kondisi pandemi yang makin baik. Pada triwulan I-2021 kasus melonjak tinggi sehingga belanja barang dan sosial tinggi," jelas Margo.


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: AMRO Ungkap Risiko Pembengkakan Rasio Utang RI Terhadap PDB