Bangkit, Ekonomi RI Diramal Tembus 5,05% di Kuartal I/2022

Maesaroh, CNBC Indonesia
Jumat, 06/05/2022 15:45 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2022 diperkirakan mencapai 5,05% ( year on year/YoY). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan kuartal IV tahun lalu ataupun kuartal I pada dua tahun terakhir.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi terkontraksi 0,92% di kuartal I tahun 2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% pada kuartal IV tahun 2021 sementara pada kuartal I tahun 2021 terkontraksi 0,70% dan pada kuartal I tahun 2020 tumbuh 2,97%.


Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan konsumsi rumah tangga akan menjadi tulang punggung pertumbuhan pada periode Januari-Maret tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun ini juga akan tinggi karena rendahnya basis perhitungan pada tahun lalu.
"Faktor utama adalah low base effect pada tahun lalu. Faktor utamanya juga adalah permintaan domestik yg terdiri dari konsumsi rumah tangga dan investasi," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Irman menjelaskan pada kuartal I tahun ini memang sempat terjadi pengetatan mobilitas tetapi pengetatan hanya terjadi dalam jangka pendek sehingga magnitudenya tidak sebesar pada pengetatan mobilitasnya sebelumnya.

Sebagai catatan, Indonesia menghadapi gelombang III Covid-19 pada akhir Januari hingga akhir Februari 2022 akibat varian Omicron. Pada 16 Februari 2022, tambahan kasus Covid-19 di Indonesia bahkan mencatatkan rekor tertingginya yakni 64.718.

Lonjakan kasus gelombang III membuat pemerintah mengetatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan masyarakat (PPKM) pada awal Februari. Status PPKM Provinsi DKI Jakarta misalnya dinaikkan dari Level 2 ke Level 3 pada awal Februari hingga awal Maret 2022.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan pemulihan ekonomi yang dimulai sejak kuartal II tahun lalu terus berlanjut. Pemulihan didorong oleh pelonggaran PPKM serta program vaksinasi.

"Memang ada dampak jangka pendek dari pengetatan PPMKM di bulan Februari tapi dampaknya terbatas," tutur Faisal, dalam Macro Brief.



Pelonggaran mobilitas mendorong konsumsi rumah tangga meningkat. Konsumsi rumah tangga pada kuartal I tahun ini juga didorong oleh persiapan Ramadhan yang tahun ini jatuh pada 3 April. Perhelatan akbar MotoGP pada Maret juga mendongrak konsumsi rumah tangga untuk wilayah Nusa Tenggara dan Bali.

Bank Mandiri memperkirakan konsumsi rumah tangga pada kuartal I tahun ini akan tumbuh di kisaran 4,7-5,0%. Level tersebut berbanding terbalik dengan kondisi pada kuartal I tahun 2021 di mana konsumsi rumah tangga terkontraksi 2,21%.

Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan indeks terus meningkat selama Ramadan. Pada bulan Puasa, indeks frekuensi belanja berada di level 156,4, sementara indeks nilai belanja naik ke level 136,5. Indeks frekuensi belanja di Ramadhan tahun ini merupakan salah satu yang tertinggi selama pandemi dan hanya kalah dengan periode Natal di Desember.

Indeks belanja Ramadan tahun ini, saat ini lebih tinggi 12% dibanding puncak belanja pada Ramadan 2021 dan indeks terus meningkat di semua wilayah.

Mandiri Spending Index juga menunjukkan kelompok belanja mobility dan retail meningkat pesat, didorong oleh rencana mudik dan libur Lebaran serta belanja Ramadan. Perencanaan mudik dan libur Lebaran telah dilakukan sekitar 1 - 1,5 bulan sebelum dimulainya Ramadan yang meningkatkan konsumsi rumah tangga. Mandiri Spending Index juga menunjukkan menghadapi Lebaran dan mudik, masyarakat semakin intens berbelanja yang terkait dengan fesyen (Fashion dan Department Stores).

Pemulihan ekonomi Indonesia juga tercermin dari terus meningkatnya sisi pasokan seperti tercermin dari . Dari sisi supply, pemulihan ekonomi Indonesia juga membaik seperti tercermin dari Purchasing Manufacturing Index (PMI).

The S&P Global Indonesia Manufacturing PMI di April ada di angka 51,9 meningkat dari Maret (51,3).

PMI pada Maret 2022 ada di 51,3. Naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,2. PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika masih di atas 50, maka artinya dunia usaha berada di fase ekspansi.

"Aktivitas manufaktur terus ekspansif dan investasi asing tumbuh tinggi," tuturIrman.

Foto: Bank Mandiri
Mandiri Spending Index



TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/roy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ekspor Batu Bara RI ke China Turun Hingga 15%

Pages