Mudik? Ancaman Ini Menanti saat Arus Balik Terjadi
Jakarta, CNBC Indonesia - Puncak arus balik pada musim libur Lebaran 2022 diperkirakan sudah mulai terjadi pada hari ini, Jumat (6/5/2022). Menghadapi arus balik ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyebut ada dua ancaman yang menanti di balik tradisi Idul Fitri tersebut, yakni penyebaran COVID-19 dan gelombang pendatang dari desa atau urbanisasi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut bahwa pihaknya saat ini masih berfokus pada pergerakan wisatawan lokal dan luar. Sebab, selain sebagai daerah perlintasan, Jawa Barat juga menjadi tujuan pariwisata.
"Fokus kami sekarang penanganan wisata karena jutaan orang bisa jadi berpikiran yang sama: setelah Idulfitri, ya ke mana lagi selain wisata. Maka untuk mengantisipasi COVID-19, semua tempat wisata diminta mengetatkan skrining pengunjung (dengan aplikasi PeduliLindungi)," tegas Ridwan Kamil, lewat keterangan tertulis yang diterima CNBC Indonesia.
Dengan mobilitas dan aktivitas para pemudik, Gubernur berharap tidak ada peningkatan kasus COVID-19 seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga skenario pandemi menjadi endemi tetap berjalan sesuai rencana. Ia optimistis sebab program vaksinasi ketiga atau booster di Jabar sudah sesuai target yang direncanakan, yakni di atas 30 persen. Namun, program booster masih harus terus digenjot agar lebih banyak lagi warga yang mendapat perlindungan ekstra.
"Sampai hari ini saja berdasarkan data (BOR) di rumah sakit hanya 0,8 persen, kasus per hari hanya di bawah 40-an. Mudah-mudahan jika setelah arus balik nanti datanya relatif sama dengan hari ini, itu menunjukkan pandemi sudah berubah menjadi endemi," kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil tersebut.
Sementara itu, mengenai ancaman urbanisasi, Ridwan Kamil menyebut fenomena pendatang baru yang membanjiri Jabar pasca Lebaran trennya terus menurun. Tanpa menyebut seperti apa tren penurunan tersebut, Gubernur mengatakan bahwa upaya untuk mencegah urbanisasi adalah mengubah pola pikir generasi muda soal iming-iming kehidupan yang lebih mudah di kota besar.
"Kita sudah mengupayakan mengubah mindset terutama generasi milenial yang mau mencari kerja di kota dengan berbagai program seperti Petani Milenial, digitalisasi desa, satu desa satu perusahaan, dan lain-lain. Berbagai program itu bisa melahirkan pemikiran baru yaitu tinggal di desa rezeki kota" katanya.
(hsy/hsy)