PM Jepang: Perang Rusia-Ukraina Bisa Terjadi di Asia Timur

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
06 May 2022 08:15
A mannequin of a soldier aims in the direction of China at the coastal line of Lieyu Township, Kinmen, Taiwan, October 19, 2021. Sitting on the front line between Taiwan and China, Kinmen is the last place where the two engaged in major fighting, in 1958 at the height of the Cold War, and where memories of war are burned into minds decades later.  REUTERS/Ann Wang    SEARCH
Foto: REUTERS/ANN WANG

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida memperingatkan bahwa perang yang masih berlangsung di Ukraina juga dapat terjadi di Asia Timur. Perang, kata dia, sangat mungkin terjadi jika negara-negara G7 tidak menyatukan kekuatan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

Hal ini dia ungkapkan Kishia di London saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Kamis (4/5) lalu. Kishida mengatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi negara-negara yang G7 untuk memperkuat persatuannya.

"Kolaborasi di antara negara-negara yang berbagi nilai-nilai universal menjadi semakin penting," ujarnya dikutip dari Aljazeera, Jumat (6/5/2022).

"Kita harus berkolaborasi dengan sekutu kita dan negara-negara yang berpikiran sama, dan tidak pernah mentolerir upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan penggunaan kekuatan di Indo Pasifik, terutama di Asia Timur," tambahnya.

Taiwan, yang wilayahnya diklaim oleh China, telah meningkatkan tingkat kewaspadaannya sejak serangan Rusia ke Ukraina. Kewaspadaan ini terus ditingkatkan Taiwan lantaran adanya kemungkinan China melakukan langkah serupa di pulau tersebut.


"Perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat penting, tidak hanya untuk keamanan Jepang tetapi juga untuk stabilitas masyarakat internasional," tambah Kishida.

Menurut Kishida, Jepang sendiri akan terus mempertahankan posisinya untuk mengharapkan resolusi damai melalui dialog untuk isu-isu seputar Taiwan.

Kunjungan Kishida di London sendiri sebenarnya untuk mengkonsolidasikan tanggapan terhadap serangan Rusia setelah hanya satu negara, Singapura, yang bergabung dengan sanksi terhadap Rusia.

Kishida mengatakan, G7 harus menunjukkan konsekuensi atas serangan Rusia di Ukraina. Dia menambahkan bahwa sekitar 140 pengusaha Rusia akan ditambahkan ke dalam daftar pembekuan aset Rusia sementara larangan ekspor akan diperluas ke perusahaan militer Rusia.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Panas! Rusia Siap 'Perang' dengan AS & Eropa, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular