
ICC Tuntut Jawaban Rusia Terkait Pembantaian di Bucha

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan mengatakan akan ada "kasus yang harus dijawab pada waktunya" atas dugaan kejahatan perang Rusia di kota Bucha, Ukraina.
"Kami akan mendapatkan kebenaran karena tidak ada tempat untuk bersembunyi di ruang sidang," kata Khan kepada CNN International, Selasa (26/4/2022).
"Apa pun narasi dan kontra-narasinya, buktinya harus diuji dengan benar ... dan akan ada - saya pikir - kasus yang harus dijawab pada waktunya," tambahnya.
Khan sendiri telah membahas disinformasi Rusia secara langsung. "Mayat-mayat yang ada di tas-tas di layar itu tidak palsu. Saya telah melihat mereka. Saya berdiri di samping mereka. Masalahnya adalah bagaimana mereka mati, siapa yang bertanggung jawab, dan dalam keadaan apa?" kata Khan.
Selama kunjungan ke kota Bucha dan Borodianka pada pertengahan April, Khan mengatakan ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa kejahatan dalam yurisdiksi ICC sedang dilakukan di sana.
Namun, Khan juga memperingatkan hal ini akan menantang untuk menjamin keadilan akan ditegakkan di Ukraina, mengingat keputusan Rusia untuk menarik tanda tangannya dari undang-undang ICC, yang memberikan yurisdiksi pengadilan untuk menuntut individu atas genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi.
Pada Senin, ICC bergabung dengan penyelidikan Uni Eropa atas kemungkinan kejahatan perang yang dilakukan di Ukraina selama serangan Rusia. Ini menandai penyelidikan bersama pertama pengadilan dalam sejarah dua puluh tahun.
Terletak di pinggiran Kyiv, kota Bucha diduduki oleh pasukan Rusia kurang lebih tiga minggu pada Maret. Foto-foto, yang diambil dari 5-7 Maret menunjukkan mayat warga sipil berserakan di jalan-jalan di beberapa lokasi di sekitar kota.
Kremlin telah membantah terlibat dalam pembunuhan massal warga sipil di Ukraina, menolak klaim "palsu" tak berdasar atas gambar mayat di jalan-jalan Bucha.
Bukti kuburan massal di kota Bucha dan Borodianka terus bermunculan sejak awal April, menyusul penarikan pasukan Rusia dari wilayah Kyiv.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Mau Gagalkan Serangan Rusia Ke Ukraina