Ini 5 Raksasa Migas di RI yang Cuan Gede Gegara Minyak Nanjak

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Rabu, 27/04/2022 16:40 WIB
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia sejak awal tahun memang terus menanjak, terutama ketika adanya serangan Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.

Pada Selasa (27/4/2022) pukul 07:26 WIB, harga minyak jenis Brent terpantau masih tinggi di atas US$ 100 per barel, tepatnya berada di US$ 106,07 per barel, naik 1,03% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 102,57/barel, bertambah 0,86%.


Bahkan, pada 8 Maret 2022, harga minyak Brent sempat menyentuh US$ 127,98 per barel. Harga ini terus menanjak dari awal tahun yang masih berada di kisaran US$ 70 per barel.

Lonjakan harga ini tentunya akan menguntungkan para produsen migas, termasuk di Tanah Air.

Namun sayangnya, lonjakan harga migas ini tak diikuti dengan lonjakan produksi migas di dalam negeri.

Berdasarkan catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi terangkut (lifting) migas RI pada kuartal I 2022 rata-rata mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph), lebih rendah dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar 703 ribu bph.

Begitu juga dengan lifting gas, rata-rata kuartal I masih sebesar 5.321 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dari target 5.800 MMSCFD.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, masih belum tercapainya target lifting migas selama kuartal I 2022 ini karena masih adanya sejumlah kendala. Dimulai dari titik awal produksi (entry point) pada awal tahun 2022 yang rendah karena dampak dari pandemi Covid-19 hingga terjadinya penghentian operasi yang tak terduga (unplanned shutdown) di sejumlah lapangan migas.

"Produksi dan lifting mostly kita masih terkendala karena entry point yang masih rendah di tahun 2022 karena dampak dari pandemi 2021, jadi kita lost di sana sekitar 20 ribu barel per hari (bph), kemudian mostly juga dampak dari unplanned shutdown," tuturnya saat konferensi pers, Jumat (22/04/2022).

Dari sisi penerimaan negara, lonjakan harga minyak ini terlihat berdampak besar. Jumlah penerimaan negara pada kuartal I 2022 ini telah mencapai US$ 4,4 miliar atau sekitar Rp 62,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$). Jumlah ini mencapai 44% dari target penerimaan negara tahun ini sebesar US$ 9,95 miliar.

Sementara pendapatan bagian produsen migas atau Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) disebutkan mencapai US$ 3,7 miliar atau sekitar Rp 53 triliun pada kuartal I 2022 ini.

Bila produksi migas nasional meningkat, maka tentunya penerimaan negara dan produsen bisa jauh lebih besar lagi.

Lantas, siapa saja produsen migas terbesar di Indonesia? Cek di halaman berikutnya..


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Genjot Produksi Migas 2025, PHR Bor 5 Sumur-Pakai Teknologi EOR

Pages