Uni Eropa Galau, Embargo Minyak & Gas Rusia Setengah Hati
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyebut tidak ada dukungan yang cukup dari negara-negara anggota kelompok tersebut untuk embargo penuh atau menerapkan tarif hukuman atas impor minyak dan gas Rusia.
"Saat ini, kami di UE tidak memiliki posisi yang seragam mengenai pertanyaan ini," kata Borrell, seperti diberitakan surat kabar Jerman Die Welt, dikutip Reuters, Senin (25/4/2022).
Borrell mengatakan topik itu akan dibahas pada KTT Uni Eropa berikutnya yang dijadwalkan pada akhir bulan depan. Dia pun menyatakan tidak berharap akan ada keputusan yang signifikan.
"Usulan final embargo migas belum ada di meja," imbuhnya.
Adapun, semua negara Uni Eropa sedang berupaya untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dan gas Rusia, kata Borrell, seraya menambahkan bahwa dia yakin blok tersebut pada akhirnya akan dapat mengurangi ketergantungan dengan minyak Rusia.
"Pada titik tertentu itu akan terjadi dan kemudian Rusia akan merasa sakit bahwa pendapatan dari bisnis minyak dan gas hilang," tambahnya.
Ekspor minyak adalah sumber utama mata uang asing Rusia. Banyak orang di Uni Eropa telah menyerukan diakhirinya pembayaran minyak karena secara efektif membiayai perang di Ukraina, yang disebut Rusia sebagai "operasi militer khusus".
Menurut data dari kantor statistik blok Eurostat, Rusia sendiri adalah pemasok minyak terbesar Eropa, menyediakan lebih dari seperempat impor minyak UE pada 2020.
Kini beberapa negara Uni Eropa dilaporkan telah mendorong paket sanksi keenam terhadap Rusia. Die Welt, tanpa mengutip sumber, menuliskan Komisi Uni Eropa mungkin akan membuat proposal untuk paket sanksi keenam kepada negara-negara anggota pekan ini.
Sementara itu, Brussel sedang mempersiapkan penilaian dampak penuh dari larangan minyak sebagai bagian dari kemungkinan tindakan sanksi lebih lanjut.
(tfa/luc)