Covid-19 Kian Landai, Lebaran Makin Ramai!

Maesaroh, CNBC Indonesia
25 April 2022 11:50
Penumpang Kereta Jarak Jauh di Stasiun Gambir
Foto: Suasana penumpang di Stasiun Kereta Api Gambir, Jakarta, Selasa,( 8/3./2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Penurunan kasus ini menjadi modal penting sebelum Indonesia melaksanakan hajat besar Hari Raya Idul Fitri pada 2 Mei mendatang.

Dengan jumlah penduduk beragama Islam lebih dari 75%, momen Hari Raya Idul Fitri menjadi hajatan besar tiap tahun baik bagi masyarakat, pelaku bisnis, hingga pemerintah. Hari Raya Idul Fitri bukan lagi sekedar momen merayakan kemenangan setelah 30 hari menjalani ibadah puasa tetapi sudah menjadi ajang silaturahmi nasional hingga penggerak ekonomi.

Bagi pemerintah, Hari Raya Idul Fitri tahun ini menjadi momen penting untuk melihat sejauh mana keberhasilan pengendalian Covid-19. Pasalnya, tahun ini menjadi Lebaran perdana di mana pemerintah mengizinkan perayaan Lebaran dengan meriah dan memperbolehkan mudik sejak pandemi Covid-19. Pada 2020 dan 2021, perayaan Lebaran dilakukan dengan pembatasan ketat untuk menghindari penyebaran Covid-19.

Menjelang Lebaran tahun ini, kasus Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan penurunan. Sepekan terakhir (18-24 April), jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 4.277, turun 40,3% dibandingkan pekan sebelumnya (7.166).

Pada Minggu (24/4/2022), Indonesia melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 382, turun 99,4% dibandingkan pada puncak gelombang III (64.718).

Kasus aktif di Indonesia sudah turun jauh dari 17.631 pada Minggu (24/4) dibandingkan pada sepekan sebelumnya, Senin (18/4/2022), yakni 50.969. Positivity rate juga menurun drastis menjadi 0,52% pada Minggu (24/4/2022) dari 0,60% pada Senin (18/4/2022).

Sementara itu, jumlah penerima vaksinasi lengkap dan booster terus meningkat. Hingga Minggu (24/4/2022), penerima vaksinasi dosis lengkap sudah mencapai 163,95 juta orang atau 78,7% dari target. Jumlah penerima vaksinasi booster mencapai 35 juta atau baru 16,8% dari target.

Dicky Budiman, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, menjelaskan dengan vaksinasi menjadi modal penting bagi Indonesia dalam menghadapi Lebaran tahun ini. Sebagai catatan, pada Lebaran 2020 yang jatuh pada akhir Mei 2020, vaksinasi belum ada mengingat dunia pada saat itu baru sebulan menghadapi pandemi.

Sementara itu, pada Lebaran tahun 2021, jumlah penerima vaksinasi masih sangat kecil. Sebagai catatan, Indonesia baru memulai program vaksinasi kepada masyarakat umum mulai 1 Juli 2021 setelah sebelumnya menyasar petugas kesehatan dan golongan rentan. Sementara itu, Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 13 Mei 2021.

"Agak sulit dihindari kenaikan kasus selama Ramadan dan Lebaran. Namun mungkin tidak setinggi tahun sebelumnya karena cakupan vaksinasi yang lebih banyak," tutur Dicky kepada CNBC Indonesia.

Dicky menjelaskan vaksin dalam menghadapi mudik menjadi pelindung bagi masyarakat Indonesia saat berinteraksi di kampung halaman. "Ibarat kita pergi ke suatu tempat di mana situasi hujan besar dan kita memakai payung memakai baju pelindung. Payung ibarat itu booster sementara baju pelindung ibarat vaksinasi dua dosis. Tentu kemungkinan kita basah kuyup itu kecil tapi bahwa kita akan kecipratan air itu ya tentu ada karena masih ada hujan," tutur Dicky.

Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia setelah libur panjangSumber: Kemenhub


Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia biasanya melonjak setelah libur panjang. Gelombang II Juni/Juli lalu, misalnya, dipicu libur panjang Lebaran.

Pengalaman serupa terulang pada libur panjang Lebaran 2021 di mana Hari Raya Idul Fitri 2021 jatuh pada 12 Mei. Pada akhir Mei kasus masih tercatat 5.00-6.000. Kasus Covid-19 melonjak tajam bahkan tidak terkontrol hingga menembus 54 ribu kasus lebih pada Juli 2021.

Diperbolehkannya mudik pada tahun ini membuat antusiasme masyarakat Indonesia untuk pulang kampung sangat besar. Survei Balitbang Kementerian Perhubungan menunjukan setidaknya 85,5 juta orang Indonesia berniat mudik baik mudik antar wilayah atau lokal.

Pemerintah sendiri mengizinkan mudik dengan syarat vaksinasi. Mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi booster tidak perlu menunjukan tes hasil negatif Covid-19 sebagai syarat perjalanan. Mereka yang baru mendapatkan vaksinasi dosis ketiga dan booster diperbolehkan mudik dengan menunjukkan hasil tes Covid-19.

Jumlah pemudik 2022Sumber: Kementerian Perhubungan


Data Kementerian Perhubungan menunjukan sebagian besar pemudik akan menggunakan kendaraan pribadi. Sebanyak 26,8% atau 22,9 juta orang memilih menggunakan mobil pribadi dan 16,9 juta menggunakan sepeda motor. Sementara itu, 14,1 juta menggunakan bus, 8,9 juta menggunakan pesawat, dan 7,6 juta menggunakan moda kereta api antar-kota.

Kemeriahan mudik sudah terasa bahkan pada H-10 Hari Raya Idul Fitri. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) mencatat sebanyak 312.755 kendaraan telah meninggalkan wilayah Jabotabek pada H-10 sampai dengan H-9 Hari Raya Idul Fitri 1443 H/2022 atau 22-23 April 2022. Angka tersebut merupakan angka kumulatif arus lalu lintas (lalin) dari empat Gerbang Tol (GT) Barrier/Utama, yaitu GT Cikupa (arah Merak), GT Ciawi (arah Puncak), dan GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama (arah Trans Jawa dan Bandung).

Sementara itu, sebanyak 169.605 kendaraan meninggalkan Jakarta melalui Bandara Soekarno-Hatta, atau naik 10,8% dibandingkan periode normal. Pergerakan penumpang di Bandara Soekarno Hatta sudah meningkat menjadi 900 pergerakan per harinya, dari sebelumnya 400 pergerakan per hari. Menjelang Lebaran, pergerakan penumpang diprediksi mencapai 1.200 sampai 1.300 penumpang per hari.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, pekan lalu, meminta masyarakat untuk mudik lebih awal untuk menghindari kemacetan. Puncak mudik diprediksi terjadi pada 29 April 2022.

"Penumpang yang sengaja mudik lebih awal mengatakan, selain untuk menghindari kepadatan di hari puncak, juga harga tiketnya lebih murah," tutur Budi Karya, Minggu (24/4), dalam keterangan resmi.


Jasa Marga  memperkirakan arus mudik tahun ini bisa mendongrak pendapatan mereka hingga 27,3%. Kenaikan pendapatan dengan menghitung volume kendaraan yang melintasi tol mereka sepanjang H-7 hingga H+7 Hari Raya Idul Fitri tahun ini (25 April-10 Mei 2022) dibandingkan periode normal di November 2021. Periode tersebut merupakan masa di mana Jasa Marga membukukan pendapatan tol tertinggi selama pandemi Covid-19.

Jasa Marga memperkirakan sebanyak 4,96 juta kendaraan akan melintasi tol mereka baik yang masuk ataupun yang keluar wilayah Jabodetabek. Angka ini mewakili prediksi lalu lintas dari empat Gerbang Tol (GT) Utama, yaitu GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama (arah Trans Jawa dan Bandung), GT Ciawi (arah Puncak), dan GT Cikupa (arah Merak).

tarif tol Jasa MargaSumber: Jasa Marga

"Kami memprediksi jumlah kendaraan keluar wilayah Jabodetabek pada H-7 hingga H+7 sebanyak 2,56 juta kendaraan, naik 80,0% dari jumlah kendaraan pada periode yang sama di Lebaran 2021," tutur Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru, dalam keterangan resmi mereka, pekan lalu.

Sementara itu, jumlah kendaraan masuk wilayah Jabotabek pada periode yang sama adalah sebanyak 2,39 juta kendaraan, naik 69,7% dari Lebaran 2021. Dibandingkan periode November 2021, peningkatan volume kendaraan diprediksi mencapai 11,8% untuk kendaraan keluar Jabodetabek dan 4,5% untuk kendaraan masuk Jabodetabek selama periode H-7 hingga H+7.

Sebagai catatan, Jasa Marga membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,61 triliun pada 2021. Angka ini meningkat 222,4% dibandingkan dengan Rp 501,05 miliar pada 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular