
5 Negara Kena Jebakan Batman Utang China, RI Ada?

3. Kenya
Kenya juga diyakini akan gagal membayar utang ke China. Hal itu terkait pembangunan proyek kereta api (Standard Gauge Railway/SGR) di negara Afrika tersebut, antara Mombasa dan Nairobi.
Kenya awalnya meminjam US$ 3,6 miliar dari Bank EXIM China, guna membangun rute dari Mombasa ke Nairobi. Pemerintah lalu meminjam lagi US$ 1,5 miliar untuk memperpanjangnya ke Naivasha, sebuah kota di Central Rift Valley.
Peringatan ini sendiri dikeluarkan auditor jenderal negara cejas beberapa tahun lalu. Warning juga muncul di tengah krisis Sri Lanka yang membuat negeri itu tak bisa membayar utang ke China.
Jika Kenya tak bisa membayar utang, maka pelabuhan Mombasa, aset paling berharga di negeri itu diyakini akan diambil ali Beijing. Meski begitu, pemerintah Kenya dan China menyangkal hal tersebut di mana Mombasa disebut bukan jaminan pinjaman itu.
4. Maladewa
Maladewa juga diyakini terjerat utang China. Ini karena utang yang bengkak.
Awalnya, Maladewa meminjam dana sebesar US$ 200 juta atau setara Rp 2 triliun untuk menghubungkan pulau ibukota Male ke pulau Hulumale. Di mana bandara dan lahan luas masih banyak tersedia.
Hal ini diharapkan dapat menjadi jalan keluar mengenai keterbatasan lahan properti dan akses menuju kawasan ekonomi baru. Jembatan itu rampung di 2018 dan diberi nama "China-Maldives Friendship Bridge".
Selain jembatan, Maladewa juga terus meminjam uang untuk pengembangan infrastruktur lainnya. Pada tahun ini, beberapa mantan pejabat Maladewa dan perwakilan China menunjukkan angka utang terbaru.
Mereka menyebutkan Male berutang ke China antara US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,4 miliar. Angka ini masih merupakan jumlah yang sangat besar untuk negara pulau dengan PDB sekitar US$ 4,9 miliar.
Negara yang bergantung dari sektor pariwisata ini sangatlah terpukul oleh pandemi Covid-19. Dan jika pendapatan pemerintah Maladewa turun, mungkin sulit untuk membayar kembali pinjaman pada tahun 2022-2023.
5. Pakistan
Negara terbaru yang disebut jadi korban utang China adalah Pakistan. Sebagaimana dimuat kantor berita India Aninews, China menjerat Pakistan dengan suku bunga tinggi. Bukan hanya itu, persyaratan pembayaran juga sangat kaku dan transparansi amat minim.
Presiden CPFA (Pusat Politik dan Luar Negeri), Fabien Baussart, dalam sebuah blog di The Times of Israel baru-baru ini, mencontohkannya dengan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Karot di Pakistan. Tingkat bunga mencapai 5,11%.
Ini berbeda dengan lembaga China di bawah BRI lain yang menerapkan 4,2% dan jangka waktu pembayaran kurang dari 10 tahun. Diketahui China Three Gorge South Asia Investment Limited memegang 93% kepemilikan saham di sana.
"Posisi Pakistan menjadi genting, pasalnya salah satu negara di Asia Selatan ini berada di puncak daftar negara penerima bantuan BRI, dengan proyek senilai US$27,3 miliar," kata Baussart.
Sebenarnya kekhawatiran pada utang China yang menggelembung di Pakistan sudah muncul sejak 2021. Menurut sebuah studi Dana Moneter Internasional (IMF), utang luar negeri Pakistan menggelembung menjadi US$90,12 miliar pada April 2021, dengan kota Islamabad berutang kepada China US$24,7 miliar atau lebih dari 27% beban utang Pakistan.
Menurut IMF, beban utang tersembunyi dan utang negara akan menjadi penyebab utama keprihatinan Pakistan dalam beberapa waktu mendatang. Aset Pakistan akan dikaitkan dengan ekonomi China.
Pakistan sendiri memiliki 26 proyek dengan China yang tertuang dalam China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). Ini termasuk delapan proyek energi, empat transportasi, satu komunikasi, tiga pendidikan, dua perbankan dan jasa keuangan, satu ekonstruksi dan rehabilitasi, serta dua pemerintah dan masyarakat sipil.
Bagaimana dengan RI?
Halaman 3>>
(sef/sef)