RI Dapat 'Durian Runtuh' Rp 58 T Dari Sektor Migas

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Jumat, 22/04/2022 14:00 WIB
Foto: Infografis/CAPAIAN HULU MIGAS Januari - April 2019

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, sampai pada kuartal I-2022 ini, penerimaan negara dari sisi hulu migas tembus US$ 4,4 miliar atau setara dengan Rp 58 triliun.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengungkapkan bahwa, jumlah penerimaan negara pada kuartal I-2022 itu telah mencapai 44% dari target penerimaan negara pada tahun ini sebesar US$ 9,95 miliar.

"(Penerimaan negara) dari cost recovery US$ 1,4 miilair. Jadi so far cost recovery kembali dengan baik. Kemudian penerimaan negara cukup besar di kuartal I-2022 mencapai 44% dari target setahun jadi US$ 4,4 miliar berati setara dengan sekitar Rp 58 triliun," ungkap Dwi dalam Konfrensi Pers, Jumat (22/4/2022).


Dia menyebut, penerimaan negara ini tak terlepas dari lonjakan harga minyak. Dia menyebut, harga rata-rata minyak mentah Brent pada Maret mencapai US$ 112,46 per barel, bahkan sempat menyentuh US$ 127,98 per barel pada 8 Maret 2022 lalu.

Sementara asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 ditetapkan sebesar US$ 63 per barel.

Begitu juga dengan harga gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG). Harga gas global kini juga mengalami peningkatan hingga di atas US$ 25 per juta British thermal unit (MMBTU).

"Untuk jangka panjang, diperkirakan harga gas Asia masih mendekati US$ 10 per MMBTU, lebih tinggi dari Eropa dan US," ucapnya.

Namun sayangnya dari sisi produksi terangkut (lifting) minyak dan gas bumi pada kuartal I 2022 ini masih di bawah target.

Lifting minyak pada selama Januari-Maret 2022 rata-rata mencapai 611,7 ribu barel per hari (bph), lebih rendah dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar 703 ribu bph.

Begitu juga dengan lifting gas, rata-rata kuartal I masih sebesar 5.321 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dari target 5.800 MMSCFD.

Dwi menyebut, masih belum tercapainya target lifting migas selama kuartal I 2022 ini karena masih adanya sejumlah kendala. Dimulai dari titik awal produksi (entry point) pada awal tahun 2022 yang rendah karena dampak dari pandemi Covid-19 hingga terjadinya penghentian operasi yang tak terduga (unplanned shutdown) di sejumlah lapangan migas.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Genset Terimbas Efisiensi, Pelaku Usaha Berharap Ini