AS-Inggris Walkout di Forum G20, RI Tetap Akan Undang Rusia?
Jakarta, CNBC Indonesia - Forum pertemuan G20 di Washington D.C Amerika Serikat (AS) berlangsung panas. Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Kanada mengambil sikap walk-out ketika perwakilan Rusia memberikan pernyataan dalam forum.
Pertemuan selanjutnya akan dilangsungkan di Bali, Indonesia. Sebagai pemegang status Presidensi G20, apakah Rusia akan diundang ke Bali?
"Sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini, Indonesia membuka dialog untuk meraih konsensus dalam isu-isu penting yang mempengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi," tulis BI dan Kementerian Keuangan dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Jumat (22/4/2022).
"Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya, di antaranya memiliki kewajiban untuk mengundang seluruh anggota G20 ke dalam pertemuan dan mengawal diskusi secara efektif demi mencari solusi yang melibatkan suara semua anggota."
Indonesia telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama mengatasi tantangan global, sembari tetap mengusung agenda utama Presidensi Indonesia, Recover Together, Recover Stronger.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjalankan pertemuan bilateral dengan sederet negara ketika berada di AS. Mulai dari AS, India, Afrika Selatan dan lainnya agar Presidensi G20 berjalan lancar.
"Untuk bisa menjaga dan memimpin pertemuan g20 kali ini. Kami harus melakukan banyak sekali pertemuan bilateral, secara intensif konsultasi dan komunikasi dan mendapatkan advice dan dukungan bagi presidensi Indonesia," ujarnya
Namun poin penting yang patut dipahami adalah, banyak negara dalam forum tersebut menyerukan agar perang segera diakhiri. Selain masalah kemanusiaan, perang juga telah menimbulkan ketidakpastian baru dalam perekonomian dunia.
"Anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional, untuk mengatasi tantangan ekonomi dunia yang kompleks. Maka dari itu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang tengah berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang, sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang," ungkap
(mij/mij)