
Harga Pertalite & LPG Akan Segera Naik? Ini Kata Erick Thohir

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mengungkapkan rencana untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis bensin Pertalite (RON 90), Solar subsidi, dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilo gram (kg).
Lantas, apakah artinya rencana kenaikan harga BBM dan LPG subsidi ini akan dilakukan dalam waktu dekat?
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir pun ikut buka suara terkait hal ini. Namun sayangnya, dia tidak berkomentar banyak dan tidak menjelaskan lebih lanjut terkait kapan rencana kenaikan harga ini akan diterapkan.
Erick pun hanya menjawab, "Belum," saat ditanya wartawan apakah harga Pertalite dan LPG akan naik dalam waktu dekat ini.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut dalam jangka pendek, pemerintah berencana untuk melakukan penyesuaian formula Liquefied Petroleum Gas (LPG) subsidi tabung 3 kg, menerapkan penyesuaian tarif listrik untuk golongan pelanggan non subsidi (tariff adjustment), serta dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran LPG dan juga bensin Pertalite (RON 90) dan Solar.
Arifin mengatakan, pemerintah dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, serta LPG 3 kg sebagai respons atas lonjakan harga minyak dunia dan harga LPG internasional.
"Strategi menghadapi dampak kenaikan harga minyak dunia, untuk jangka menengah.. akan dilakukan penyesuaian harga Pertalite, minyak Solar, dan mempercepat bahan bakar pengganti seperti Bahan Bakar Gas (BBG), bioethanol, bio CNG, dan lainnya," ungkapnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022).
Seperti diketahui, harga bensin Pertalite dan Solar subsidi pada periode 1 April 2022 ini tidak mengalami perubahan, di mana masing-masing masih dipertahankan pada Rp 7.650 per liter dan Rp 5.150 per liter. Sementara harga Pertamax (RON 92) sudah dinaikkan menjadi Rp 12.500 - Rp 13.000 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 - Rp 9.400 per liter.
Sedangkan harga Solar non subsidi kini sudah dibanderol sebesar Rp 12.950 - Rp 13.550 per liter untuk jenis Dexlite (CN 51). Artinya, ada selisih setidaknya Rp 7.800 per liter dengan harga Solar bersubsidi.
Begitu juga dengan LPG. Dia mengatakan, dalam jangka pendek pemerintah akan melakukan penyesuaian formula LPG 3 kg dan dalam jangka menengah akan melakukan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan menjaga inflasi.
Dia mengatakan, harga LPG internasional yang merujuk pada Contract Price (CP) Aramco telah mencapai US$ 839,6 per metrik ton. Sementara asumsi awal pemerintah hanya di kisaran US$ 569 per metrik ton.
"Untuk menjaga ketersediaan LPG dan mengurangi impor, dalam jangka pendek, akan dilakukan peningkatan pengawasan pendistribusian LPG 3 kg tepat sasaran, kerja sama dengan Pemerintah Daerah dan aparat penegak hukum, dan melakukan uji coba penjualan dengan aplikasi MyPertamina di 34 kabupaten/kota do 2022, serta melakukan penyesuaian formula LPG 3 kg," tuturnya saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (13/04/2022).
Sementara untuk jangka menengah, pemerintah akan melakukan substitusi kompor LPG dengan kompor induksi (listrik), jaringan gas kota (jargas) yang diharapkan mencapai 1 juta rumah tangga per tahun. Kemudian, mengubah skema subsidi yang kini berbasis pada komoditas menjadi subsidi langsung ke penerima. Serta, substitusi dengan Dimethyl Ether (DME) untuk mengurangi 1 juta metrik ton LPG pada 2027.
"Dan penyesuaian harga jual eceran untuk mengurangi tekanan APBN dan menjaga inflasi, serta percepatan program biogas," ucapnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri ESDM Usul Mobil Ini Dilarang Isi Pertalite di 2023
