Kian Mesra, Xi Jinping Bela Rusia (Lagi) dari Sanksi Barat
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping kembali mengutarakan penentangannya terhadap sanksi yang dijatuhkan negara-negara Barat terhadap Rusia. Ia menyebut sanksi itu tidak akan berhasil dan justru menjadi bumerang bagi rantai pasok global.
Dalam Forum Boao untuk Asia di pulau Hainan, China selatan, Xi menekankan bahwa negaranya akan terus mendukung prinsip keamanan yang seimbang dan berkelanjutan. Ia menjabarkan hal ini untuk menghindari adanya perkuatan keamanan nasional yang justru mengancam negara lain.
"Kita harus menjunjung tinggi prinsip keamanan yang tidak dapat dibagi-bagi, membangun arsitektur keamanan yang seimbang, efektif dan berkelanjutan, dan menentang pembangunan keamanan nasional atas dasar ketidakamanan di negara lain," ujarnya dikutip Reuters, Kamis (21/4/2022).
China sendiri mendapatkan kritikan negara Barat karena tidak ikut menerapkan sanksi kepada Rusia. Beijing sebelumnya berdalih bahwa sanksi justru akan memperpanjang konflik.
Sementara itu, hubungan antara China dan Rusia baru-baru ini meningkat. Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng menegaskan hal ini kepada Duta Besar Rusia untuk China, Andrey Denisov. Ia menyebut Beijing tidak mempersoalkan kondisi internasional yang saat ini memojokan Rusia.
"Kami akan terus meningkatkan koordinasi strategis dengan Rusia terlepas dari volatilitas internasional," lapor keterangan itu.
Pada awal Februari lalu, sebelum Rusia menyerang Ukraina, China dan Rusia telah menyusun deklarasikan kemitraan "tanpa batas" yang disepakati Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kemitraan ini disusun untuk membendung hegemoni dan dominasi negara-negara Barat pimpinan AS.
Dalam kesempatan yang sama, Beijing juga menegaskan mendukung permintaan Rusia agar Ukraina tidak diterima di NATO sementara Moskow menentang segala bentuk kemerdekaan bagi Taiwan.
"Persahabatan antara kedua negara tidak memiliki batas, tidak ada bidang kerja sama yang 'terlarang'," kata kedua negara dalam pertemuan Xi Jinping dan Putin pada 5 Februari lalu.
Meski begitu, China juga cukup intens dalam berhubungan dengan Ukraina. Negeri Tirai Bambu itu menyuarakan keprihatinannya terhadap Kyiv dan meminta agar kedua negara sepakat untuk mengakhiri kekerasan yang mengorbankan warga sipil.
(luc/luc)