Internasional

Perang Rusia-Ukraina Belum Selesai, Eropa Terancam Kelaparan?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 April 2022 10:40
Ilustrasi (Photo by TymurKhakimov via pexels)
Foto: Ilustrasi (Photo by TymurKhakimov via pexels)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia di Ukraina membawa 'petaka' untuk rumah tangga di dunia, khususnya Eropa. Pasalnya, sejak serangan Kremlin ke negara tetangganya tersebut, harga bahan makanan umum seperti gandum, minyak sayur, dan gula melonjak tinggi.

Wilayah Laut Hitam adalah lumbung roti global dengan Rusia dan Ukraina menyumbang 29% dari ekspor gandum global, 19% dari ekspor jagung, dan 78% dari ekspor minyak bunga matahari.

Namun, perang telah mengganggu produksi pangan dan semakin meningkatkan harga pangan. Rusia bahkan telah melarang ekspor biji-bijian dan panen Ukraina tidak pasti.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyoroti bahwa indeks harga pangan global mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan Maret tahun ini, tertinggi sejak pembentukan FAO pada tahun 1990.

Di Uni Eropa (UE), harga makanan, alkohol, dan tembakau naik 4,1% pada Februari setelah naik 3,5% di Januari 2022.

"Penting untuk diingat bahwa ancaman nyata terhadap ketahanan pangan ada di negara-negara miskin, terutama di negara-negara yang sangat bergantung pada impor dari Ukraina, seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara," kata Ariel Brunner, pakar pertanian BirdLife Eropa dan Asia Tengah, organisasi yang berfokus pada pelestarian alam.

"Di Eropa, ini lebih merupakan masalah inflasi... Sereal, minyak bunga matahari, dan beberapa komoditas lainnya mungkin akan mengalami kejutan pasokan. Tetapi penting untuk dipahami bahwa ini terjadi dalam waktu dekat," tambahnya, sebagaimana dikutip oleh Deutsche Welle (DW).

UE sendiri telah menjadi mitra dagang utama berbagai produk pangan pertanian dengan baik Rusia maupun Ukraina.

Menurut sebuah laporan Parlemen Eropa, sebelum perang, Uni Eropa mengirimkan 3,7% dari keseluruhan ekspor makanan pertanian ke Federasi Rusia dan sekitar 1,4% dari impornya berasal dari Rusia. Sementara ekspor pertanian pangan Uni Eropa termasuk kacang kedelai, biji kakao, minyak sayur dan madu, impor dari Rusia termasuk minyak sayur, gandum, bahan pakan dan pupuk untuk pertanian.

Sementara itu, Ukraina menyumbang 36% dari impor sereal ke Uni Eropa dan 16% dari minyak sayur. Pada gilirannya, UE mengekspor lebih dari 3 miliar euro produk pertanian pangan ke Ukraina pada tahun 2021.

Namun, menurut Komisi Eropa, blok tersebut dapat dengan mudah mengatasi ketidakstabilan yang disebabkan oleh perang di Ukraina.

"Uni Eropa sebagian besar swasembada untuk pangan, dengan surplus pertanian pangan besar-besaran, dan pasar tunggal Uni Eropa sekali lagi diharapkan dapat membuktikan kemampuannya untuk menyerap guncangan," kata komisi itu dalam sebuah pernyataan.

Komisi tersebut sebelumnya menerbitkan sebuah laporan pada awal April, yang mencakup langkah-langkah untuk membantu petani Uni Eropa untuk meningkatkan produksi biji-bijian dalam negeri seperti gandum, jagung dan minyak sayur.

Mengingat bahwa ketahanan pangan di Uni Eropa tidak berisiko, blok tersebut sebenarnya tertarik untuk mengatasi kekurangan pangan global jauh di luar perbatasannya sendiri.

Komisaris Eropa untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic mengatakan bahwa kenaikan harga pangan menempatkan orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia dalam situasi yang lebih buruk

"Serangan Rusia ke Ukraina meningkatkan tekanan pada sistem pangan dan mengancam jutaan orang di seluruh dunia dengan kelaparan. Kami sekarang berada di titik balik dan tindakan mendesak diperlukan," tuturnya.

Dia mengatakan UE bersama dengan PBB akan bekerja untuk mengatasi kerawanan pangan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang rentan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Uni Eropa Terpecah! Negara Ini 'Ngaku' Lelah Dukung Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular