Tujuh Tahun Tekor, Kantong Negara Tahun Ini Tebal Banget

Maesaroh, CNBC Indonesia
20 April 2022 16:24
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Penukaran uang rupiah pecahan kecil di Mobil Keliling Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Tidak hanya di pajak, PNBP dari sumber daya alam juga melonjak karena lonjakan harga komoditas. PNBP sumber daya alam (SDA) migas sudah mencapai Rp 65,2 triliun hingga Maret tahun ini. Jumlah tersebut tumbuh 113,2% dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Kenaikan PNBP ditopang oleh realisasi minyak mentah Indonesia/ICP dalam dua bulan terakhir. Rata-rata ICP hingga Februari 2022 tercatat US$ 84,99 per barel atau naik 58,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Sementara itu, PNBP SDA non migas juga moncer didukung lonjakan harga minerba, terutama dari nikel dan batu bara. Pada Januari-Maret 2022, PNBP SDA Migas tercatat Rp 13,4 triliun, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 7,5 triliun.

Penerimaan royalti batu bara per April 2022 sudah mencapai Rp 15,9 triliun. Jumlah tersebut hampir menyamai pencapaian setahun penuh 2020 (Rp 20,8 triliun).

Tidak mau ketinggalan, minyak sawit mentah/CPO juga berkontribusi besar terhadap penerimaan negara perpajakan tahun ini. Kontribusi CPO tercermin dari penerimaan bea keluar yang sudah menembus Rp 10,71 triliun hingga Maret 2022. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan target yang ditetapkan dalam APBN 2022 yakni Rp 5,9 triliun.

Dampak positif dari kenaikan harga komoditas pernah dirasakan pemerintah pada tahun 2011-2014 ketika terjadi commodity boom.

Pada 2011, misalnya, PNBP SDA mencapai Rp 213,8 triliun, melonjak dibandingkan 2010 (Rp 168,8 triliun). Penerimaan tersebut di atas target APBN 2011 yang ditargetkan Rp 191,98 triliun. Pada 2011, peneriman SDA migas mencapai Rp 205,8 sementara dari SDA non migas termasuk minerba mencapai Rp 20,3 triliun.


Kenaikan penerimaan tersebut membantu menurunkan defisit pada tahun 2011. Realisasi defisit anggaran hanya menembus 1,14% dari PDB, jauh di bawah yang ditetapkan dalam APBN-P 2011 yakni 2,1% dari PDB. Padahal, subsidi energi pada tahun tersebut menembus Rp 255,6 triliun.

Kenaikan harga komoditas juga mendongkrak penerimaan negara dari Rp 168,8 triliun pada 2010 menjadi Rp 240,8 triliun. PNBP SDA melorot menjadi Rp 101 triliun pada 2015 seiring berakhirnya booming komoditas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular