
Warning IMF Buat Putin: Ekonomi Rusia Bakal Minus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rencana pemberlakuan pengetatan sanksi terhadap sektor energi Rusia akibat serangan terhadap Ukraina diperkirakan berdampak luar biasa bagi Negeri Beruang Merah. Ekonomi Rusia bakal tumbuh negatif alias terkontraksi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (IMF) Pierre-Olivier Gourinchas. Tanpa ekspor komoditas energi, Produk Domestik Bruto (PDB) negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu akan menyusut 17%. Untuk 2022, IMF memperkirakan ekonomi Rusia tumbuh -8,5%.
"Sanksi sudah berdampak signifikan terhadap perekonomian Rusia. Dampaknya akan lebih dahsyat jika diperketat lagi," sebut Gourinchas, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Pertumbuhan ekonomi Rusia sebenarnya lumayan baik. Ekonomi negara tersebut didorong oleh ekspor, di mana Rusia adalah negara eksportir nomor 16 dunia. Nah, ekspor Rusia kebanyakan adalah komoditas energi seperti gas alam dan minyak bumi.
![]() |
Dengan tingginya proporsi ekspor komoditas energi tersebut membuat surplus perdagangan Rusia termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Perdagangan internasional yang menjadi motor penggerak utama PDB Rusia, paling tidak dalam satu dekade terakhir di mana nilai kontribusi dari ekspor dan impor mencapai hampir 50%.
![]() |
Komoditas energi Rusia sangat berpengaruh terhadap negara-negara di dunia. Sejumlah negara anggota Uni Eropa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan energi dari Rusia. Oleh karena itu, sejumlah negara anggota Uni Eropa (UE) seperti Jerman, Hungaria, dan Austria enggan melakukan embargo karena pasokan energi dalam negeri mereka yang masih bergantung pada suplai energi dari Moskow.
![]() |
Data 2020 menunjukkan bahwa Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar nomor empat di dunia setelah negara-negara Timur Tengah dan Amerika Serikat (AS). Ekspor minyak Rusia rata-rata mencapai 7,4 juta barel per hari (bph).
Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA), hampir separuh dari ekspor minyak Rusia, baik minyak mentah maupun produk minyak atau Bahan Bakar Minyak (BBM), ditujukan ke Eropa. Pada 2021, 29% minyak mentah Rusia diekspor ke Eropa, 22% ke China, 16% ekspor produk minyak Rusia ke Eropa, 10% ekspor minyak mentah ke Amerika Serikat, dan lain-lain. Adapun ekspor minyak mentah Rusia ke Eropa tersebut mencapai 2,2 juta bph dan 1,2 juta bph produk minyak.
Rusia merupakan pemasok minyak terbesar Eropa, menyediakan lebih dari seperempat impor minyak UE pada 2020, menurut data dari kantor statistik Eurostat. Jerman merupakan negara Eropa yang paling banyak membeli minyak Rusia, yakni mencapai 550 ribu bph atau 34% dari total impor minyak Jerman pada 2021, menurut IEA.
Setelah itu, Polandia merupakan negara kedua di Eropa yang besar ketergantungannya pada minyak Rusia. Polandia mengimpor 300 ribu bph minyak dari Rusia atau 63% dari total impor minyaknya di 2021.
Namun pada November 2021, Belanda sempat mengimpor minyak dari Rusia sebanyak 748 ribu bph atau 23% dari total impornya. Meski mengimpor lebih besar dari Jerman pada bulan itu, Belanda mengekspor lebih banyak Bahan Bakar Minyak (BBM) daripada yang dikonsumsinya dari kilang minyak di Amsterdam-Rotterdam-Antwerp.
Jika dilihat dari sisi perdagangan internasional antara Rusia dan Uni Eropa, ekspor utama Rusia ke Uni Eropa merupakan minyak bumi dan hasil minyak bumi. Sementara impor utama Rusia daru Uni Eropa merupakan obat-obatan dan kendaraan bermotor.
Selain berpengaruh pada PDB Rusia, Uni Eropa tentunya perlu melakukan kalkulasi sebelum menjatuhkan sanksi sektor energi terhadap Rusia. Jika nantinya Uni Eropa melakukan embargo energi Rusia, kondisi perekonomian sejumlah negara anggota akan memburuk karena terputusnya suplai energi.
Di sini lain, penerapan sanksi pada sektor energi Rusia telah menjadi tantangan bagi UE mengingat tingginya tingkat ketergantungan yang dimiliki beberapa negara anggota pada sumber daya Rusia. Menurut data dari kantor statistik Eropa, pada tahun 2020 UE mengimpor 19,3% batu bara dari Rusia 36,5% minyak, dan 41,1% gas alam.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh! Shell Masih Beli Minyak Dari Rusia