Kenapa Harga BBM Nonsubsidi Mahal? Begini Lho Alasannya..

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
20 April 2022 14:25
Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Suasana pengisian BBM di SPBU Bojongsari, Jawa Barat, Jumat (14/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - ReforMiner Institute mencatat bahwa perhitungan harga keekonomian Bahan Bakar Minyak (BBM) berdasarkan biaya produksi minyak di lapangan dinilai tidak proporsional. Hal ini sekaligus menjawab adanya tudingan bahwa harga jual BBM Pertamax saat ini terlalu tinggi yang mana diklaim BBM tanpa pajak harganya Rp 3.772 per liter.

Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, bahwa perhitungan harga keekonomian BBM berdasarkan biaya produksi minyak di lapangan migas saja dinilai tidak proporsional lantaran tidak semua produksi minyak mentah nasional berasal dari lapangan migas Pertamina.

Faktanya, sebagian minyak mentah yang menjadi salah satu komponen untuk BBM merupakan bagian pemerintah, produksi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya dan juga yang berasal dari pengadaan impor. Semuanya mesti dibeli Pertamina dengan harga market sehingga biaya produksi BBM akan meningkat seiring kenaikan harga minyak mentah global.

Komaidi bilang, masyarakat harus memahami bahwa pada era 80-90-an, Indonesia memang penghasil minyak cukup besar, yaitu mencapai 1,7 juta barel per hari (bph) dan anggota aktif Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Sedangkan konsumsi BBM domestik saat itu masih rendah, yaitu sekitar 300 ribuan bph.

"Namun sejak 2008 kita resmi keluar dari keanggotaan OPEC karena sudah menjadi net importir. Produksi dalam negeri tak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan yang pesat sehingga harus impor. Harga BBM saat ini mahal karena harga minyak mentahnya sedang tinggi," kata Komaidi dalam diskusi dengan media secara virtual, Selasa (19/4/2022).

Sebelumnya muncul perbincangan di media sosial terkait tudingan bahwa harga jual Pertamax terlalu tinggi. BBM dengan kadar oktan (RON) 92 itu tanpa pajak diklaim harga seharusnya Rp 3.772 per liter, jauh di bawah harga saat ini Rp 12.209 per liter.

Komaidi menilai, tudingan tersebut salah kaprah. Hal ini mengacu pada klaim pihak yang tidak paham yang menyebutkan bahwa produksi minyak mentah hanya Rp 1.772 per liter. Padahal harga internasional per Maret 2022 mencapai Rp 10.209 per liter.

"Asumsi harga minyak mentah US$ 19,5 per barel itu cost production dari salah satu lapangan. Bukan harga jual minyak mentah. Acuannya sudah jelas, domestik itu ICP. Harga ICP Maret US$ 113 per barel, jauh di atas asumsi dalam APBN 2022 yang US$ 63 per barel," ujarnya.

Menurut Komaidi, konsumsi BBM saat ini 1,6 juta bph, namun produksi minyak mentah yang diolah jadi BBM kurang dari 750 ribuan bph. "Dari total produksi itu, kita hanya dapat sekitar 480 ribuan bph karena sebagian digunakan sebagai cost recovery, dikembalikan ke kontraktor sebagai bagi hasil," ungkap dia.

Menurut Komaidi, perhitungan menyeluruh harga minyak internasional dan domestik akan lebih adil (fair) untuk mengetahui keekonomian harga BBM. Biaya produksi hanya bagian dari harga jual. Ada komponen biaya lain yang sama seperti negara lain, salah satunya adalah harga minyak global,

biaya pengolahan/pengilangan, biaya distribusi serta transportasi, termasuk penyimpanan dan lain-lain. "Selain itu, ada pajak dan margin badan usaha," ujarnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Pertamax Ditahan, Pertamina Subsidi Mobil Mewah!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular