Internasional

Gawat! Hantu Resesi Global Gentayangan, Ini Biang Keladinya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
19 April 2022 07:53
[DALAM] Resesi
Foto: Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi resesi global kini gentayangan lagi. Hal ini setidaknya diutarakan sejumlah pihak, baik ekonom maupun pebisnis dunia.

"Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar," kata triliuner Carl Icahn sebagaimana dikutip CNBC International. "Bahkan bisa lebih buruk lagi."

Melihat kondisi saat ini, resesi sepertinya memang bukan isapan jempol. Ini setidaknya terjadi akibat beberapa hal.

Melansir Advisor Perspective yang mengutip Bloomberg, inflasi tercepat dalam beberapa dekade ditambah dengan desakan bank sentral menaikkan suku bunga memicu kekhawatiran akan resesi. Ini diperparah dengan pengendalian virus corona (Covid-19) yang makin agresif di China, belum lagi perang Rusia dan Ukraina yang tak kunjung berakhir.

Di Amerika Serikat (AS) dan Inggris misalnya, inflasi melonjak paling cepat sejak 1980-an. Bank sentrak Kanada dan Selandia Baru, untuk pertama kali dalam 22 tahun menaikkan suku bunga 50 basis poin.

Bank of America Corp mengungkap bagaimana manajer dana memberi proyeksi paling bearish dalam memperkirakan pertumbuhan. Belum lagi JPMorgan Chase & Co telah meningkatkan cadangannya untuk melindungi diri dari kemerosotan ekonomi.

Ini ditambah dengan jatuhnya Sri Lanka dan Pakistan dalam krisis. Belum lagi PBB juga memperingatkan "badai" akan menyerang negara-negara berkembang karena lonjakan harga komoditas.

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga memangkas prospeknya untuk perdagangan. Belum lagi pernyataan terbaru World Bank (Bank Dunia) dan Dana Moneter Internsional (IMF) yang menurunkan perkiraaan 143 negara tahun ini, sekitar 86% PDB global.

"Kita menghadapi krisis di atas krisis," tegas Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

Resesi adalah sebuah keadaan penurunan di mana kondisi produk domestik bruto (PDB) mengalami pelemahan selama lebih dari dua kuartal dalam satu tahun. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif dan bisa menimbulkan penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya angka pengangguran, atau bahkan kebangkrutan ekonomi.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Resesi, Bukan Ekonomi Terbesar ke-3 Dunia Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular