
Putin Blak-blakan Penyebab Nego Damai Rusia-Ukraina Macet

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina nampaknya belum akan usai dalam waktu dekat. Pasalnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pembicaraan damai dengan Ukraina kini 'dead end' alias buntu.
"Kami kembali ke situasi buntu," tegas Putin dalam konferensi pers di kota Vostochny Cosmodrome pekan lalu, dikutip dari Reuters.
Hal ini menurutnya bukan tanpa sebab. Putin menyebut Ukraina telah menggagalkan pembicaraan damai dengan melakukan apa yang dia katakan sebagai "klaim palsu atas kejahatan perang Rusia".
Ini terkait pembantaian warga sipil di Bucha, yang memakan korban hingga 300 jiwa. Padahal, kata Putin, Rusia telah memberi jaminan keamanan untuk seluruh Ukraina.
Rusia juga, katanya lagi, tidak memiliki pilihan selain perang karena harus membela penutur bahasa Rusia di Ukraina Timur. Ini juga demi mencegah kondisi "anti Rusia" karena posisi pemerintah saat ini.
Di kesempatan yang sama, ia pun mengatakan serangan pasukan Rusia akan terus dilakukan. Ia percaya tentara Kremlin akan menang.
"Tentu saja, saya tidak ragu sama sekali," ujarnya soal kemungkinan serangan Rusia berhasil sesuai tujuan.
Rusia juga mengatakan proposal perdamaian yang diusulkan oleh Presiden Zelensky tidak dapat diterima. Hal ini membuat perundingan damai antara kedua pihak berjalan lambat.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergei Lavrov mengatakan proposal yang terbaru ini ditawarkan Kyiv jauh dari poin yang disepakati sebelumnya dalam beberapa pertemuan antara delegasi kedua negara.
"Ketidakmampuan untuk menyetujui seperti itu sekali lagi menyoroti niat sebenarnya Kyiv, posisinya menarik keluar dan bahkan merusak pembicaraan dengan menjauh dari kesepahaman yang dicapai," kata Lavrov seperti dikutip Reuters.
Kremlin juga menuduh campur tangan negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) telah menghambat proses kemajuan ini. Salah satu hal yang dianggap menghambat perdamaian bagi Rusia adalah soal tuduhan pembantaian warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
Kyiv dan Barat mengatakan ada bukti. Termasuk gambar dan kesaksian saksi yang dikumpulkan.
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya "operasi khusus". Ini untuk menurunkan kemampuan militer tetangga selatannya serta membasmi orang-orang yang disebutnya nasionalis berbahaya layaknya Nazi.
Hingga saat ini, Moskow telah memutuskan untuk memfokuskan serangan di wilayah Timur Negeri Jirannya itu tepatnya di wilayah Donetsk dan Luhansk. Kedua wilayah itu diketahui merupakan wilayah yang diklaim Rusia sebagai berdiri sendiri dan tidak berada dalam kedaulatan Kyiv.
(tfa/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-siap Perang Baru? Putin Keluarkan Dekrit Militer Rusia