FBI Sebut Hacker Korut Curi Kripto Senilai US$ 600 Juta

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
15 April 2022 13:45
In this photo distributed by the North Korean government, North Korean leader Kim Jong Un watches what it says a test-fire of a Hwasong-17 intercontinental ballistic missile (ICBM), at an undisclosed location in North Korea on March 24, 2022. Independent journalists were not given access to cover the event depicted in this image distributed by the North Korean government. The content of this image is as provided and cannot be independently verified. Korean language watermark on image as provided by source reads:
Foto: AP/朝鮮通信社

Jakarta, CNBC Indonesia - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat atau FBI menuding hacker Korea Utara telah mencuri lebih dari US$ 600 juta dalam mata uang kripto bulan lalu dari sebuah perusahaan video game. Pencurian ini, menurut mereka, adalah kasus terbaru dari serangkaian perampokan dunia maya yang terkait dengan Pyongyang.

"Melalui penyelidikan kami, kami dapat mengonfirmasi Lazarus Group dan APT38, aktor siber yang terkait dengan DPRK (Korea Utara), bertanggung jawab atas pencurian US$ 620 juta di Ethereum yang dilaporkan pada 29 Maret," kata FBI dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN International, Jumat (15/4/2022). 

"DPRK" adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea. Adapun Ethereum adalah platform teknologi yang terkait dengan jenis mata uang kripto.

FBI lalu mengacu pada peretasan jaringan komputer baru-baru ini yang digunakan oleh Axie Infinity, sebuah video game yang memungkinkan pemain mendapatkan cryptocurrency. Sky Mavis, perusahaan yang menciptakan Axie Infinity, mengumumkan pada 29 Maret bahwa peretas tak dikenal telah mencuri sekitar US $600 juta, nilai pada saat peretasan ditemukan, pada 23 Maret dari "jembatan", atau jaringan yang memungkinkan pengguna untuk mengirim kripto dari satu blockchain ke blockchain lainnya.

Departemen Keuangan AS sendiri telah memberi sanksi kepada Lazarus Group, sekelompok besar peretas yang diyakini bekerja atas nama pemerintah Korea Utara. Departemen Keuangan menyetujui "dompet" atau alamat cryptocurrency tertentu, yang digunakan untuk menguangkan peretasan Axie Infinity.

Serangan siber telah menjadi sumber pendapatan penting bagi rezim Korea Utara selama bertahun-tahun karena pemimpinnya, Kim Jong Un, terus mengejar senjata nuklir, menurut panel PBB dan pakar keamanan siber luar.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Dokumen Presiden, Bjorka Ancam 'Bocorkan' Data Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular