INTERNASIONAL

Sejarawan Israel Ramal Perang Rusia-Ukraina, Bawa Rudal Kuba

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
15 April 2022 11:10
A view shows the area near the regional administration building, which city officials said was hit by a missile attack, in central Kharkiv, Ukraine, March 1, 2022. REUTERS/Vyacheslav Madiyevskyy
Foto: REUTERS/VYACHESLAV MADIYEVSKYY

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejarawan Israel yang juga penulis buku terlaris Yuval Noah Harari menyatakan bahwa serangan Rusia ke Ukraina merupakan momen yang paling berbahaya bagi dunia setelah krisis rudal Kuba pada tahun 1960. Ia menyebut momen ini mempertemukan beberapa negara dengan kekuatan nuklir yang sangat besar.

Mengutip CNBC International, krisis misil Kuba mengacu pada periode konflik langsung antara AS dan Uni Soviet saat itu di mana Moskow mengirimkan rudalnya ke Kuba yang dekat dengan Negeri Paman Sam itu. Langkah ini sendiri dilakukan Uni Soviet karena Washington yang telah meletakan rudalnya di Eropa.

Harari mengatakan bahwa dalam perang di Ukraina ini, risiko Rusia menggunakan senjata nuklirnya cukup tinggi. Tak hanya nuklir, penulis buku Sapiens itu juga menyebut kemungkinan penggunaan senjata kimia atau biologi yang mengancam eksistensi manusia.

"Kami mungkin berada dalam momen paling berbahaya dalam sejarah dunia sejak krisis rudal Kuba ketika perang nuklir tiba-tiba menjadi kemungkinan," kata Harari kepada Geoff Cutmore dari CNBC, Rabu (13/4/2022).

"Itu kemungkinan, kemungkinan nyata yang perlu kita pertimbangkan. Dan itu berita buruk bagi seluruh umat manusia."

Harari menyebutkan bahwa dalam mencegah potensi ini terjadi, langkah-langkah seperti menggulingkan rezim Presiden Vladimir Putin di Rusia oleh pihak asing tak dapat dilakukan. Ini, menurutnya, tergantung dari masyarakat Rusia sendiri.

"Siapa pun yang memiliki fantasi tentang berbaris ke Moskow, lupakan mereka secepat mungkin," ujarnya lagi, mencatat bahwa langkah seperti itu akan semakin memprovokasi Kremlin.

"Tujuan perang seharusnya untuk melindungi kebebasan Ukraina, dan bukan untuk mengubah Moskow. Ini terserah orang-orang Rusia."

Lebih lanjut, Harari juga menjelaskan bila Rusia memenangkan perang. Menurutnya, ini akan membuat pengeluaran pertahanan negara-negara dunia semakin naik dan mulai mencekik anggaran layanan publik lainnya.

Hal ini sendiri cukup terbukti. Hanya beberapa hari setelah konflik, Jerman mengumumkan akan secara signifikan meningkatkan pengeluaran pertahanannya menjadi lebih dari 2% dari output ekonominya.

"Jika anggaran pertahanan di seluruh dunia akan menjadi 20%, bukan 6%, itu akan mengorbankan perawatan kesehatan kita, kesejahteraan kita, dan itu juga akan mengorbankan memerangi bahaya lain seperti perubahan iklim," tambahnya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesan Tahun Baru Dari Putin, Beri Sinyal Masa Depan Perang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular