
China 'Digembok', Permintaan Minyak Turun 260 Ribu Barel/Hari

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca kondisi lockdown yang diberlakukan akibat lonjakan Covid 19 di China, permintaan minyak dunia diperkirakan turun, terutama pada kuartal II-2022. International Energy Agency dalam laporan terbarunya memperkirakan permintaan minyak dunia untuk 2022 turun 260.000 barel/hari menjadi 99,4 juta barel/hari.
Dalam laporan bulan Maret lalu, perkiraan permintaan minyak global diturunkan akibat gejolak yang muncul dari Rusia pada Februari-Maret. Lonjakan harga komoditas dan sanksi internasional yang dikenakan terhadap Rusia setelah serangan ke Ukraina diperkirakan menekan pertumbuhan ekonomi global sehingga menurunkan permintaan terhadap si emas hitam.
![]() |
Sedangkan dalam laporan terbaru edisi April, IEA menyebut ada risiko baru yaitu lockdown di China akibat tingginya kasus positif Covid-19. Padahal China adalah importir minyak terbesar dunia.
Pada Maret, pasokan minyak global tercatat naik sebesar 450.000 barel/hari menjadi 99,1 juta barel/hari. Sedangkan pada April, pasokan minyak Rusia diperkirakan turun 1,5 juta bare/hari yang kemudian diperkirakan semakin parah menjadi 3 juta barel/hari pada Mei.
Terdapat prospek gangguan skala besar terhadap produksi minyak Rusia yang mengancam akan menciptakan kejutan pasokan minyak global. Dengan tidak adanya peningkatan produksi yang lebih cepat, stok minyak harus menyeimbangkan pasar dalam beberapa bulan mendatang.
Dari sisi persediaan, tercatat menurun selama 14 bulan berturut- turut. Pada Februari 2020 di angka 714 juta barel/hari ditambah dengan produksi negara-negara OECD sebesar 70%. Sehingga, total stok industri OECD turun 42,2 mb/d menjadi 2.611 mb/d di bulan Februari, hampir dua kali lipat tren musiman.
Berdasarkan data produksi dan persediaan yang ada, harga ICE Brent dibanderol sekitar angka US$ 104 barel/hari. Harga ini tercatat turun hampir US$ 10 menyusul tindakan pelepasan cadangan kolektif IEA serta pelepasan besar-besaran cadangan minyak Amerika Serikat (AS).
Hal ini tentunya disambut baik dan memberikan kelegaan di tengah ketidakpastian yang terus terjadi. Ditambah lagi, adanya sanksi dan embargo yang ditargetkan ke Rusia oleh komunitas internasional dan boikot konsumen.
Bersikeras pasokan tidak ada kekurangan, negara-negara OPEC sepakat pada 31 Maret lalu untuk tetap menaikan produksi bulanan sederhana untuk bulan Mei mendatang. Di sisi lain, pasokan dan ekspor minyak Rusia terus turun.
Sementara beberapa pembeli, terutama di Asia, meningkatkan pembelian minyak Rusia yang harganya dikorting besar-besaran. Untuk saat ini, tidak ada tanda-tanda peningkatan volume ke China karena lockdown telah mengurangi permintaan minyak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article 'Emas Hitam' Melesat ke Langit, Tembus US$110 Per Barel!