
Harga Gas Bakal Tinggi Sampai 2025, Ini Biang Keroknya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi harga gas alam dunia masih akan tinggi hingga tahun 2025. Hal itu karena, dari periode tersebut proyek Liquefied Natural Gas (LNG) masih minim, tercatat tahun 2015 - 2018 yang baru melakukan Final Investment Decision (FID).
Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno mengatakan, bahwa perang Rusia dan Ukraina berdampak kepada tingginya harga minyak mentah dunia, hal itu akibat dari sulit terpenuhinya demand atau permintaan minyak mentah ke sejumlah negara importir.
"Ini mengganggu suplai, kondisi ini menyebabkan harga minyak dunia sempat menembus US$ 125 per barel yang merupakan harga tertinggi sejak 10 tahun terakhir. Hal ini terjadi karena situasi perang dan lockdown (Covid-19)," ungkap Julius, Kamis (14/4/2022).
Tak hanya naiknya harga minyak mentah dunia, perang Rusia dan Ukraina juga membuat harga gas global meningkat. Contohnya saja harga kontrak LPG Aramco (Contract Price Aramco/CPA) yang saat ini menembus US$ 839 per metrik ton dari asumsi awal hanya US$ 569 per metrik ton.
"Hingga 2025 harga gas diprediksi akan cukup tinggi karena minimnya proyek LNG yang FID periode 2015-2018 secara keterlambatan proyek akibat pandemi Covid-19. Setelah 2025 pasokan gas diperkirakan mulai meningkat dari proyek yang FID tahun 2019," terang Julius.
Untuk di Indonesia sendiri, memiliki empat proyek gas raksasa. Diantaranya adalah Indonesia Deepwater Development (IDD), Jambaran Tiung Biru, Lapangan Gas Badi Blok Masela dan Tangguh Tran 3. Total investasi keempat proyek ini tercatat mencapai US$ 37,21 miliar.
Dalam catatan SKK Migas saat ini Proyek IDD yakni Gendalo dan Gehem direncanakan akan on stream pada kuartal VI tahun 2025. proyek yang memiliki produksi mencapai 844 MMSCFD dan 27.000 BOPD ini memiliki nilai investasi mencapai US$ 6,98 miliar.
Selain itu adalah Proyek Blok Masela. Proyek ini direncanakan bakal on stream pada kuartal 2 tahun 2027. Proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 19,8 miliar itu memang terus terkendala masalah. Yang terbaru, salah satu operatornya yakni Shell berencana akan hengkang dari Blok Masela ini.
Kemudian adalah proyek Tangguh train 3. proyek LNGĀ raksasa ini direncanakan bakal selesai pada Desember 2022 ini. Yang mana proyek ini memiliki kapasitas produksi mencapai 700 mmscfd dan 3.999 BCPD dengan nilai investasi US$ 8,9 miliar, dan diharapkan bisa on stream di akhir 2022," ungkap
Yang terakhir, adalah proyek Jambaran Tiung Biru yang memiliki produksi gas mencapai 190 MMSCFD. Proyek ini ditargetkan juga on stream pada kuartal II-2022.
"Kita harus mengambil momentum dengan mempercepat program kerja tahun 2022 khususnya investasi di hulu migas pada umumnya," tandas Julius.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Ada yang Ke Eropa, Ekspor Gas RI ke Jepang Hingga China