Internasional

Rantai Pasok Global Terganggu, Putin Salahkan Musuhnya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
13 April 2022 20:52
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan Dewan Keamanan di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 21 Februari 2022. Putin telah mengumpulkan pejabat tinggi untuk mempertimbangkan mengakui kemerdekaan wilayah separatis di Ukraina timur. (AP/Alexei Nikolsky)et up tensions with the West amid fears that the Kremlin could launch an invasion of Ukraine imminently. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara selama pertemuan Dewan Keamanan di Kremlin di Moskow, Rusia, Senin, 21 Februari 2022. Putin telah mengumpulkan pejabat tinggi untuk mempertimbangkan mengakui kemerdekaan wilayah separatis di Ukraina timur. (AP/Alexei Nikolsky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin kembali 'menyerang' negara-negara yang tidak bersahabat dengannya. Ia mengatakan sikap mereka telah menghancurkan rantai pasok di wilayah Arktik.

Hal ini disampaikan Putin dalam pertemuan virtual untuk membahas masalah ekonomi dan pembangunan di wilayah Arktik Rusia dan rute Laut Utara, Rabu (13/4/2022).

Dalam sambutannya, Putin tidak secara langsung merujuk pada situasi di Ukraina, tetapi mengatakan bahwa penolakan negara-negara barat untuk bekerja sama secara normal dengan Rusia, termasuk dalam sumber daya energi, telah merugikan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

"Negara-negara yang tidak bersahabat menghancurkan rantai pasokan di Kutub Utara," kata Putin, dikutip dari BBC International.

Putin mengatakan negaranya memang terdampak dengan sanksi perdagangan itu. Namun, dia juga mengatakan bahwa hal itu telah membuka "kemungkinan baru" untuk mengirim sumber daya energi ke negara-negara di mana mereka "benar-benar dibutuhkan".

Kerja sama Rusia dengan negara-negara Dewan Arktik lainnya, yakni Kanada, Denmark, Finlandia, Swedia, Norwegia, Islandia, dan AS, sebagian besar telah terputus sejak awal perang Rusia di Ukraina.

Hal itu merupakan imbas dari serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu. Adapun, "operasi militer khusus" itu dirancang untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" negara tetangganya tersebut.

Ukraina pun telah meningkatkan perlawanan sengit dan negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran yang dirancang untuk memaksa Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.


(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Kirim Kapal Perang ke RI, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular