Internasional

Khawatir Diserang China, Taiwan Bikin Panduan Hadapi Perang

Lucky Leonard Leatemia, CNBC Indonesia
12 April 2022 17:35
Veterans take part in a flag raising ceremony at a former military post on Kinmen, Taiwan, October 15, 2021. Sitting on the front line between Taiwan and China, Kinmen is the last place where the two engaged in major fighting, in 1958 at the height of the Cold War, and where memories of war are burned into minds decades later.  REUTERS/Ann Wang    SEARCH
Foto: REUTERS/ANN WANG

Jakarta, CNBC Indonesia - Militer Taiwan untuk pertama kalinya merilis buku panduan pertahanan sipil pada Selasa (12/4/2022). Hal ini merupakan respons atas ketegangan yang terjadi akibat tekanan China terhadap pulau tersebut.

Adapun, China diklaim terus meningkatkan kekuatannya di sekitar Selat Taiwan. Dalam 2 tahun terakhir tekanan terhadap Taiwan untuk mengakui kedaulatan Negeri Panda itu terus meningkat.

Dalam buku panduan dari militer Taiwan itu, akan dirinci cara-cara bertahan dalam perang, mulai dari cara menemukan tempat perlindungan bom melalui aplikasi telepon pintar (smartphone), persediaan air dan makanan, serta tip untuk menyiapkan kotak P3K darurat.

"(Kami) memberikan informasi tentang bagaimana warga harus bereaksi dalam krisis militer dan kemungkinan bencana yang akan datang," kata Liu Tai-yi, seorang pejabat dari unit mobilisasi pertahanan total, dikutip Reuters, Selasa (12/4/2022).

Menurutnya, buku panduan itu akan memungkinkan adanya persiapan matang dari warga dalam menghadapi perang sekaligus membantu mereka untuk bertahan hidup.

Dia mengungkapkan buku panduan yang juga dirilis oleh Swedia dan Jepang akan terus diperbarui dengan informasi tempat di dalam negeri, seperti tempat penampungan, rumah sakit, dan toko untuk kebutuhan sehari-hari.

Buku panduan ini juga dilengkapi dengan gambar yang menunjukkan cara bertahan dari serangan militer, termasuk membedakan sirine serangan udara, dan cara untuk berlindung dari rudal.

Sementara itu, Taiwan sendiri belum melaporkan tanda-tanda serangan dari China. Namun, negara itu tetap meningkatkan kesiagaannya, khususnya sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu.

Presiden Tsai Ing-wen telah berulang kali bersumpah untuk mempertahankan pulau itu dan mengawasi program modernisasi yang luas untuk membuat pasukannya lebih maju dan lebih sulit untuk diserang.

Selain rencana yang diumumkan tahun lalu untuk mereformasi pelatihan bagi pasukan cadangan, pemerintah sedang mencari cara untuk memperpanjang wajib militer lebih dari 4 bulan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Taiwan Tembak Rudal, Laut China Selatan Memanas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular