Dilarang Eropa, Batu Bara Rusia Beneran Akan Dibeli China Cs?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
11 April 2022 20:03
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Uni Eropa pada 8 April 2022 pekan lalu sepakat untuk memberikan sanksi tambahan kepada Rusia atas serangan yang tiada henti terhadap Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.

Tambahan sanksi yang dimaksud ini yaitu termasuk larangan impor batu bara dari Rusia. Pada 2021, total impor batu bara dari Rusia oleh Eropa mencapai 48,7 juta ton.

Meski dikenakan sanksi tambahan, Pemerintah Rusia menanggapinya dengan mengatakan bahwa batu bara mereka bisa dialihkan ke pembeli lain, seperti pasar Asia.

Namun demikian, Rusia tampaknya akan sulit mengandalkan pasar Asia karena sudah ada tanda-tanda bahwa sejumlah negara pengimpor batu bara di Asia kemungkinan akan membeli lebih sedikit batu bara Rusia, bukannya lebih banyak, dalam beberapa bulan mendatang, seperti dikutip dari Reuters, Senin (11/04/2022).

Jepang misalnya, importir batu bara terbesar ketiga di dunia, telah bergerak untuk melarang impor dari Rusia, dengan Menteri Perdagangan Koichi Haguida mengatakan pada 8 April bahwa negara itu akan mengakhiri pembelian dari Rusia, dan berusaha mencari alternatif.

Mengutip Reuters, Senin (11/04/2022), Rusia memasok sekitar 11% dari impor batu bara Jepang pada 2021 dan mengakhiri pembelian kemungkinan akan memakan biaya tinggi, mengingat alternatifnya kemungkinan terbatas pada kargo yang lebih mahal, dan jauh secara geografis, dari Australia dan Amerika Serikat.

Jepang tampaknya telah mengurangi impor batu bara Rusia, dengan analis komoditas Kpler memperkirakan impor April akan mencapai sekitar 687.000 ton, turun dari 871.000 pada Maret dan data bea cukai resmi 1,57 juta ton pada Februari.

Jika Jepang menghentikan total impor batu bara Rusia, berarti hampir 20 juta ton pasokan batu bara Rusia akan mencari pembeli baru, mengingat impor resmi Jepang dari Rusia pada 2021 mencapai 19,73 juta ton.

Sementara China, importir batu bara terbesar di dunia, tampaknya merupakan tujuan yang jelas untuk batu bara Rusia, mengingat dukungan berkelanjutan Beijing untuk Moskow setelah serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu.

Tetapi China juga sedang berupaya membatasi total impor batu bara sebanyak 30% tahun ini di tengah rekor produksi domestik dan tingginya biaya impor.

China telah bertindak untuk membatasi harga batu bara domestik untuk membatasi biaya listrik, sebuah langkah yang membuat impor batu bara termal sebagian besar tidak kompetitif, selain karena energi rendah, batu bara dari Indonesia yang digunakan untuk berbaur dengan batu bara domestik yang lebih tinggi untuk digunakan di pembangkit listrik di China selatan.

China juga telah mengimpor lebih sedikit batu bara Rusia dalam beberapa bulan terakhir, dengan data Kpler untuk kedatangan lintas laut menunjukkan 2,4 juta ton pada Maret, 2,34 juta pada Februari, dan 2,84 juta pada Januari.

Ini kontras dengan periode dari Maret hingga Desember tahun lalu, ketika impor bulanan China dari Rusia tidak turun di bawah 3 juta ton, dan mencapai puncaknya pada 5,32 juta pada Agustus tahun lalu, menurut Kpler.

Sementara Korea Selatan, importir batu bara terbesar keempat di Asia, juga tengah menjauhi kargo batu bara Rusia. Korea Electric Power Corp (KEPCO) misalnya, telah memutuskan telah mulai mengurangi suplai batu bara Rusia.

Lantas, bagaimana dengan India?

India, importir batu bara terbesar kedua di dunia, mungkin merupakan harapan terbaik Rusia di Asia karena New Delhi juga menahan diri untuk tidak mengutuk serangan terhadap Ukraina dan akan tertarik untuk mengamankan pasokan energi yang lebih murah.

Namun, India bukan pembeli utama batu bara Rusia, dengan data Kpler menunjukkan impor 1,04 juta ton pada Maret, dan ini adalah yang terbesar sejak Januari 2020.

Volume bulanan yang lebih khas dari Rusia adalah antara 400.000 - 600.000 ton, yang menjadikan Rusia pemasok kecil ke India dibandingkan dengan Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan.

Tetapi dengan harga indeks batu bara internasional globalCOAL (Australia) di Pelabuhan Newcastle minggu lalu pada US$ 297,40 per ton, India diperkirakan akan kesulitan untuk mengimpor pada harga ini karena pembangkit listrik akan merugi secara besar-besaran.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siap-Siap Melejit, Eropa Bakal Larang Impor Batu Bara Rusia!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular