Kemang Dulu Tempat 'Jin Buang Anak', Milik Juragan Tanah Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Kemang yang berada di Jakarta Selatan itu, hari ini adalah tempat yang ramai dan elite. Selama dua dekade terakhir Kemang sudah dikenal sebagai kawasan tempat tinggal orang-orang asing dan elite. Daerah yang tergolong nyaman ini menjadi salah satu tempat berkelas di selatan Jakarta.
Rumah-rumah yang disewakan di sini, di antaranya adalah rumah-rumah mewah dengan pekarangan luas dan berpagar tinggi. "Dan transaksi sewa-menyewa rumah di kawasan ini, jangan heran, biasa dipatok dengan harga dolar," tulis Alwi Shahab dalam Robinhood Betawi: kisah Betawi tempo doeloe (2001:120).
Arsitek Marco Kusumawijaya pada salah satu esainya dalam Jakarta: Metropolis Tunggang Langgang (2004) menulis sejarah Kemang sebagai "komunitas internasional" tumbuh dari penyewaan rumah kepada orang asing yang meledak sejak awal 1980-an.
"Kemang, pada masa Betawi tempo doeloe, dan ini menurut cerita orang-orang tua, merupakan daerah udik, yang ketika itu disebut Betawi pinggiran. Daerah ini, di samping penghasil buah-buahan, juga pusat usaha peternakan sapi," tulis Shahab. Kemang sendiri adalah nama buah seperti mangga dengan nama Mangifera kemanga caecea. Wangi buahnya menusuk. Tak heran daerah ini disebut Kemang.
Sebagai daerah pinggiran Jakarta, tentu saja Kemang pernah jadi tempat dengan reputasi sebagai: 'tempat jin buang anak'. Di zaman kolonial tempat ini masih pinggir sekali dari pusat Batavia. Alwi Shahab menulis bahwa pada 1960-an tak ada nama daerah bernama Kemang dalam peta Pemda DKI Jakarta. Namun Regerings Almanak van Nederlandsch Indië voor het Jaar 1867 Volume 40 (1867:230) sudah menyebut Kemang ada di tahun 1867 adalah daerah penghasil kelapa dan dimiliki oleh Achmat Djoehari.
Jelang pergantian abad ke-20, pemilik tanah di Kemang berganti. Menurut Regeerings Almanak voor Nederlandsch-Indie 1898 Volume 1 (1898:417) pada 1898 kawasan Kemang dimiliki MJ Meertens dan dikelola LJG Oudhoff. Kala itu Kemang menjadi daerah penghasil rumput untuk makan kuda, kelapa dan padi.
Meski begitu, pada pertengahan tahun 1960-an daerah ini masih udik juga. Seorang kawan Alwi Shahab bernama Mohammad Nahar, pemimpin redaksi Pers Biro Indonesia (PIA), ketika pindah ke Jalan Bangka pernah diolok-olok karena pindah ke daerah yang masih udik itu. Penghuni Kemang sebelum 1970-an perlahan bertambah. Salah satunya Bob Sadino, yang baru pulang dari Eropa.
"Ketika itu kawasan Kemang sepi, masih terhampar sawah dan kebun," tulis Sigit Parikesit dalam Untold Story: Oom Bob Sadino: Totalitas Motivator Bisnis (2016). Dari tangan Sadino inilah lahir Kem Chicks. Beberapa pelanggan bule yang butuh telur ayam Bob Sadino juga sudah mulai tinggal di sekitar Kemang sekitar 1970-an.
Kemang dulunya pernah hendak dijadikan daerah resapan air sebelum 1985, namun jumlah rumah besar di sana bertambah dan resapan air hanya tinggal rencana saja. Pada 1999, Pemprov Jakarta membiarkan Kemang menjadi daerah komersil, karena Jakarta semakin padat dan daerah Jakarta Selatan pun dijadikan perumahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pmt/pmt)
[Gambas:Video CNBC]