Garap Harta Karun Super Langka, RI Gandeng Negara Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Senin, 11/04/2022 16:40 WIB
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) terus berupaya untuk menggarap potensi dari mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth (RRE). Bahkan perusahaan saat ini telah menggandeng perusahaan asal Kanada untuk pengembangan teknologi.

Direktur Utama PT Timah, Achmad Ardianto menjelaskan bahwa saat ini ketersediaan teknologi menjadi tantangan tersendiri terkait pemanfaatan LTJ di dalam negeri. Oleh sebab itu, perusahaan telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Canada Rare Earth Corporation untuk mencari teknologi yang tepat.

"Ini G to G, pendekatannya di endorse oleh Kedutaan Kanada untuk mencari teknologi yang bisa scale down ke 1000 ton. Mudah-mudahan ini tahapan dari proyek ini bisa tuntas sehingga akhir tahun bisa go," ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Senin (11/4/2022).


Adapun, jika kerja sama dengan Kanada tak membuahkan hasil, maka perusahaan akan mencari pihak penyedia teknologi lainnya. Setidaknya opsi yang paling gampang dalam mendapatkan teknologi yang sudah terbukti yaitu ke China.

Namun demikian, Achmad menyadari bahwa opsi itu tidak memungkinkan. Pasalnya, China sangat tertutup sekali mengenai teknologi untuk pengolahan dan pemanfaatan LTJ.

"China mau mengeluarkan tapi itu teknologi yang sudah lama, yang terkini tak dilepas jadi mungkin bukan pilihan yang terbaik buat kita," katanya.

Selain teknologi, faktor penting selanjutnya dalam proses pemanfaatan LTJ di tanah air adalah pasar. Tanpa adanya pasar yang dapat menyerap produksi dari olahan LTJ ini hasilnya juga akan sama saja.

"Yang menjadi penting adalah market reserve nya kemana barang ini bisa dijual, kita bisa produksi tapi tak ada yg menyerap sama aja. market ini harapannya dalam negeri sehingga itu bisa diwujudkan," kata Achmad.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan, bahwa saat ini tahapan eksplorasi LTJ di Indonesia masih terbatas, sehingga dari potensi yang ada, baru mendapat indikasi LTJ di 7 lokasi.

"Kemudian kita tahu keterdapatannya 9 lokasi dan sudah terpetakan sumber daya 8 lokasi. 8 lokasi ini pun baru dilakukan eksplorasi awal sehinga secara umum kita masih terbatas," ungkap Ridwan dalam RDP dengan Komisi VII DPR, Senin (11/4/2022).

Dalam catatannya, Logam Tanah Jarang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Diantaranya adalah: Provinsi Sumatera Utara sebanyak 19.917 ton. Kemudian di Provinsi Bangka Belitung, dengan jumlah LTJ berupa monasit sebanyak 186.663 ton, lalu senotim sebanyak 20.734 ton. Adapun di Kalimantan Barat terdapat sebanyak LTJ Laterit 219 ton dan Sulawesi Tengah LTJ Laterit 443 ton.

"Sejak 2021 kami sudah lakukan eksplorasi awal kegiatan teknis seperti pemetaan dengan hasil estimasi sumber daya di Blok Kepodang, Bangka Selatan pada area potensi seluas 255 hektar dengan total volume 35 ribu ton lebih LTJ," ungkap Ridwan.

Kemudian pada tahun 2022 ini, kata Ridwan, pihaknya telah meningkatkan kegiatan eksplorasi dari yang tahap awal menjadi tahapan detail di Bangka Belitung dan akan menambah kegiatan eksplorasi lagi di wilayah Mamuju dan Konawe pada tahun 2024.

"Harapannya kita lakukan eksplorasi detail di Ketapang Siboga, Papua. Ini tahapan awal untuk memperoleh pemanfaatan dari LTJ. Adapun dari Provinsi Bangka Belitung Fokus kita di Bangka Selatan, luasnya 255 hektar dengan keterdapatan sumber daya 35.627. Ini hasil eksplorasi kita," tandas dia.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lawan Trump, China Tahan "Harta Karun" Logam Tanah Jarang