
Ramai-ramai Negara Lepas Cadangan Minyak, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak perang Rusia di Ukraina, pasokan minyak dunia terancam. Namun kini banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), yang bergotong-royong untuk memenuhi pasokan komoditas tersebut.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol mengatakan beberapa negara akan melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis mereka.
Jumlah tersebut sama seperti 60 juta barel yang disumbangkan oleh AS. Pekan lalu, Negeri Paman Sam merilis 180 juta barel minyak sekaligus menjadi rekor tertinggi.
"IEA bergerak maju dengan pelepasan stok minyak kolektif 120 juta barel (termasuk 60 juta barel yang disumbangkan oleh AS sebagai bagian dari penarikan keseluruhan dari cadangan minyak strategis). Rincian lebih lanjut dari kontribusi spesifik akan segera diumumkan kepada publik," kata Birol melalui Twitter.
Koordinator Kepresidenan AS untuk Keamanan Energi Global Amos Hochstein mengatakan AS dan Eropa bekerja sepanjang waktu untuk memastikan tekanan terus meningkat pada Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Presiden Biden sangat jelas bahwa ketika Anda berada dalam perang seperti ini, yang diprakarsai oleh Putin dan Rusia, akan ada biayanya. Kami tidak dapat mengurangi semua biaya, tetapi apa yang kami lakukan adalah bekerja sama sebagai komunitas internasional untuk melakukan sebanyak yang kami bisa untuk mengurangi," kata Hochstein, dikutip dari CNN International.
Hochstein menyoroti persatuan antara AS dan Eropa dalam menanggapi serangan Rusia ke Ukraina, tetapi juga mengatakan kedua belah pihak tidak perlu memberlakukan paket sanksi yang sama karena. Ini mengacu pada ketergantungan besar Eropa pada gas Rusia.
Washington sejauh ini telah memanfaatkan cadangan minyak dari cadangan daruratnya dua kali tahun ini, meski itu tidak banyak membantu mendinginkan harga sejak dimulainya perang di Ukraina.
Hochstein mengatakan harga minyak sekarang kembali ke US$ 100 per barel, turun dari US$ 130 per barel. Ini menandai "pengurangan harga yang signifikan".
"Hanya beberapa minggu yang lalu, beberapa bank terkemuka di Amerika Serikat dan di seluruh dunia memperkirakan US$ 185 per barel minyak, yang akan sangat mengganggu perekonomian kita, dan sekarang kita berbicara tentang harga yang lebih rendah. Jadi ini bukan tentang menurunkan harga ke tempat yang kita inginkan, tetapi memastikan bahwa itu lebih rendah dari sebelumnya dan mengubah lintasan dari meningkat menjadi stabil," kata Hochstein.
"Kami akan terus bekerja untuk memastikan bahwa kami telah mendiversifikasi sumber daya kami jauh dari Rusia, dan kami harus menggunakan setiap krisis sebagai peluang untuk menyadari di mana ancaman kami berada. Kami rentan, dan kami harus mulai mengurangi permintaan kami pada minyak sama sekali," tutupnya.
(tfa/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Takut Sama The Fed, Harga Minyak Dunia Longsor