Rusia Minggir! China Jadi Target Baru NATO
Jakarta, CNBC Indonesia - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengkaji kemungkinan ke Asia. Ini bukan tanpa alasan.
Ada satu negara yang ditarget. Negara itu adalah China.
Dalam konferensi pers, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan pakta itu memiliki kekhawatiran tersendiri pada Tirai Bambu. Ini terkait keengganan China mengutuk serangan Rusia ke Ukraina.
Hal itu juga disebabkan sikap Negeri Xi Jinping yang disebut NATO "mempertanyakan hak bangsa-bangsa untuk memilih jalan mereka sendiri". Ini terkait keinginan Ukraina masuk ke NATO tapi ditentang Rusia.
"Pada saat kekuatan otoriter mendorong kembali tatanan internasional yang sudah berbasis aturan demokrasi, penting untuk berdiri bersama dan melindungi nilai-nilai ini," kata Stoltenberg di website NATO, dikutip Kamis (7/4/2022).
"NATO akan memperdalam kerja sama dengan mitra Asia-Pasifik. Termasuk di bidang-bidang seperti pengendalian senjata, cyber, hybrid, dan teknologi ...Bekerja sama lebih erat akan membuat kita semua lebih aman dan terlindungi."
Meski demikian, Belum detil negara mana yang akan bermitra dengan NATO dan seperti apa. Konsep Strategi NATO akan dibahas dalam pertemuan Madrid, Juni nanti.
NATO sendiri dipimpin Amerika Serikat. Ada 30 negara bergabung di dalamnya.
Sebenarnya, kala perang dingin terjadi, NATO memiliki "cabang" di Asia Tenggara dengan nama Southeast Asia Treaty Organization (SEATO). SEATO didirikan karena pengaruh Amerika Serikat (AS) di dalamnya.
Pakta pertahanan itu memiliki sejumlah anggota. Yakni AS, Inggris, Prancis, Selandia Baru, Australia, Thailand, Pakistan, dan Filipina.
Namun SEATO sudah bubar setelah 1977. Ini pasca kekalahan AS di Perang Vietnam dan berdirinya ASEAN.
China belum memberi komentar. Namun pekan lalu, China menilai AS sebagai provokator perang Rusia dan Ukraina bahkan menyebut NATO seharusnya sudah bubar sejak lama.
(sef/sef)