
Negaranya di Jurang Krisis, Presiden Sri Lanka Ogah Mundur

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menyatakan tidak akan mundur dari jabatannya. Hal ini terjadi saat Sri Lanka mengalami gelombang unjuk rasa yang menuntutnya mundur akibat krisis ekonomi.
Dalam sebuah pernyataan pers, Menteri Jalan Raya Johnston Fernando menyebut Gotabaya merupakan pemimpin yang terpilih secara demokratis. Gotabaya, menurutnya, tidak akan mundur hanya karena unjuk rasa itu.
"Bolehkah saya mengingatkan Anda bahwa 6,9 juta orang memilih presiden?" katanya di parlemen dalam menanggapi kritik dari oposisi dan teriakan "Pulanglah Gota" seperti dilaporkan Reuters, Rabu (6/4/2022)
"Sebagai pemerintah, kami dengan jelas mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apa pun. Kami akan menghadapi ini."
Gotabaya sendiri memimpin negara itu sejak 2019. Saudara laki-lakinya, Mahindra Rajapaksa, juga merupakan Perdana Menteri (PM) dari negara yang dijuluki sebagai Negeri Ceylon itu.
Sri Lanka sendiri saat ini bergulat dengan apa yang dikatakan sebagai krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948. Krisis yang dialami negara itu sebagian disebabkan oleh kurangnya mata uang asing karena digunakan untuk membayar utang luar negeri. Akibatnya, negara itu tak memiliki uang untuk mengimpor bahan bakar dan beberapa barang lainnya.
Sementara itu, meski telah menegaskan posisinya, demonstrasi masih terus terjadi di seluruh negeri. Demonstran tetap meminta Mahinda dan Gotabaya mengundurkan diri akibat dirasa tidak mampu menangani krisis ini.
"Barang-barang sangat mahal, tidak ada gas untuk memasak, dan segala sesuatu di negara ini berantakan. Kami membutuhkan solusi. Itu sebabnya orang-orang berada di jalanan. Kami membutuhkan negara untuk anak-anak kami," ujar Chandrima Swarnamali, seorang pasien di Rumah Sakit Nasional yang saat ini juga mengalami kekurangan obat-obatan.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Ambruk, Seluruh Menteri Sri Lanka Mundur Massal