WTO Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Dunia Jadi 2,5%, Ada Apa?

Intan Rakhmayanti Dewi, CNBC Indonesia
05 April 2022 21:06
WTO
Foto: REUTERS/Denis Balibouse

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang di Ukraina membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memangkas perkiraan pertumbuhan perdagangan global untuk tahun ini.

"Perkiraan pertumbuhan yang awalnya 4,7%, dipangkas menjadi 2,5% karena dampak perang dan kebijakan terkait" kata bos WTO Ngozi Okonjo-Iweala, dikutip CNBC Indonesia dari BBC, Selasa (5/4/2022).

Pemotongan ini juga terkait dengan berlanjutnya masalah rantai pasokan global yang terjadi saat pandemi Covid-19. Dia mengatakan gangguan yang terjadi akan membuat makanan lebih mahal.

Okonjo-Iweala mengatakan bahwa meskipun Rusia dan Ukraina hanya menghasilkan sekitar 2,5% dari ekspor barang dagangan global, mereka sangat signifikan di sektor-sektor tertentu.

"Kekhawatiran pertama, tentu saja, adalah bagi orang-orang Ukraina, yang mengungsi [dan] tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan," tuturnya.

Ia menyebut bahwa ekonomi global juga akan mengalami beberapa dampak yang cukup parah. Sementara negara-negara miskin akan merasakan dampak dari kekurangan dan kendala pasokan pada makanan.

Pasokan produk makanan termasuk gandum dan jagung telah terpengaruh setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Para industri juga memperingatkan Uni Eropa, menghadapi kekurangan minyak bunga matahari. Secara total, 46,9% ekspor global berasal dari Ukraina dan 29,9% dari Rusia menurut S&P Global. Tetapi dengan ditutupnya pelabuhan Ukraina, mereka kesulitan untuk mengekspornya.

"Saya benar-benar khawatir tentang kelaparan yang menjulang, terutama di negara-negara miskin yang paling tidak mampu membelinya," tutur Dr Okonjo-Iweala memperingatkan.

Ia lantas menggunakan Afrika sebagai contoh. Mantan Menteri Keuangan Nigeria itu mengatakan, 35 dari 55 negara di sana mengimpor gandum dan biji-bijian lainnya dari Rusia dan Ukraina dan 22 mengimpor pupuk.

"Pekerjaan yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Afrika sekarang menunjukkan bahwa di banyak negara, harga pangan sudah naik 20% hingga 50%," ungkapnya.

Namun, Dr Okonjo-Iweala berharap ada solusi untuk masalah pasokan ini. Dia mengatakan, dalam jangka pendek negara-negara bisa menggunakan produk makanan dalam negeri.

Dia menambahkan dalam jangka panjang Afrika berinvestasi dalam varietas gandum dan tanaman lain yang tahan panas karena beradaptasi dengan perubahan iklim.

Selain melonjaknya harga pangan, harga komoditas lain telah mencapai rekor tertinggi di tengah kekhawatiran perang dan sanksi ekonomi terhadap Rusia akan menyebabkan gangguan pasokan.

Seperti yang diketahui, industri pertambangan Rusia memiliki peran penting untuk banyak zat seperti paladium, di mana ia bertanggung jawab atas 40% produksi global logam bagi pembuat mobil.

Bahkan sebelum perang di Ukraina, pandemi telah menyebabkan ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan di banyak industri. Hal ini yang mendorong harga-harga naik, dan Dana Moneter Internasional telah memperingatkan bahwa melonjaknya inflasi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

"Dalam jangka pendek hingga menengah, saya pikir kita akan melihat tekanan inflasi ini berlanjut." pungkasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesan Tahun Baru Dari Putin, Beri Sinyal Masa Depan Perang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular