
Pembantaian di Bucha Buat Eropa Murka, Hukuman Menanti Rusia

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara Eropa mengatakan sedang merencanakan untuk menambah sanksi terhadap Rusia. Hal ini dilakukan pascapenemuan ratusan jenazah warga Ukraina di wilayah Bucha yang diduga dibantai oleh pasukan Moskow.
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan ini merupakan saat yang tepat bagi negaranya untuk merencanakan larangan impor gas Rusia meski Moskow merupakan penyuplai gas terbesar ke Benua Biru dengan proporsi sekitar 40%.
Lambrecht menyebut pembantaian itu sangat keterlaluan dan harus ada tekanan serius bagi rezim Rusia yang dipimpin Presiden Vladimir Putin
"Harus ada tanggapan. Kejahatan semacam itu tidak boleh dibiarkan tanpa jawaban," ujarnya kepada radio ARD, Senin (4/4/2022).
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga mengatakan Putin dan para pendukungnya akan merasakan konsekuensi dari tindakan mereka.
Hal senada juga diutarakan oleh Prancis. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan babak baru sanksi yang menargetkan Rusia sangatlah diperlukan. Kali ini, ia menargetkan larangan impor minyak dan batu bara dari Rusia.
Macron berasumsi ada indikasi yang jelas bahwa pasukan Rusia bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil di kota Bucha, Ukraina.
"Ada petunjuk yang sangat jelas menunjukkan kejahatan perang. Kurang lebih ditetapkan bahwa tentara Rusia bertanggung jawab (atas pembunuhan Bucha)," kata Macron kepada radio France Inter.
"Apa yang terjadi di Bucha menuntut babak baru sanksi dan tindakan yang sangat jelas," tambah Macron.
Insiden pembantaian warga di Bucha, Ukraina, terungkap saat sebuah video dan foto-foto menunjukan ratusan warga sipil tewas dengan tangan terikat. Dinas Keamanan Ukraina dan Walikota Bucha, Anatoliy Fedoruk mengatakan warga itu telah ditembaki oleh pasukan Rusia.
Menanggapi tuduhan ini, Kremlin menolak tuduhan terkait pembantaian warga Bucha. Bahkan, Kremlin menuduh Ukraina dan media Barat merupakan dalang dibalik tuduhan ini dengan mengatakan bahwa kota itu sebelumnya dibombardir selama 24 jam terus menerus oleh pasukan Ukraina.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putin Kian Menggila, NATO & Uni Eropa Mulai 'Panik'